DEMOKRASI.CO.ID - Akhirnya setelah lebih kurang 3,5 tahun berada di Arab Saudi, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab berada di tanah air.
Ketadangan Habib Rizieqpun penuh dengan drama, dimana ada Pro kontra pun menghinggapi kembalinya ke tanah air.
Sambutan kepulangan Habib Rizieq yang begitu meriah memunculkan berbagai spekulasi, terutama Indonesia bakal menghadapi tahun politik pada 2024.
Menurut Direktur Kajian Politik Nasional (KPN) Adib Miftahul mengatakan, bahwa kekuatan HRS tidak boleh dipandang sebelah mata, apalagi dengan banyaknya pendukung HRS menjadi modal kekuatan politik untuk tahun 2024.
"Melihat animo pendukung yang menjemput di Bandara yang begitu banyak, saya pikir ini adalah satu kekuatan politik," kata Adib kepada wartawan, Selasa 10 November 2020.
Dengan realitas tersebut, Adib menuturkan, kalau negara harus hadir dalam artian mengakomodir kepentingan-kepentingan HRS yang selaras dengan pemerintah.
Hal tersebut juga bisa menjadikan HRS sebagai mitra bukan sebaliknya yang terkesan memukul melalui narasi-narasi yang bertentangan.
"Bukan hanya lip service (basa basi) cuma sekedar mengungkapkan di media massa, melainkan ada benar-benar dirangkul untuk kepentingan bangsa dan negara, jangan seolah negara memukul," kata ia.
Dengan merangkul HRS, kata ia, kegaduhan akibat dari perbedaan pendapat yang saat ini kerap muncul bisa tereliminasi dengan rangkulan dari pemerintah.
Adib juga menyebut bila kekuatan politik 212 dan sejenisnya hingga saat ini masih terpelihara dengan baik, jika pemerintah bisa menyamakan persepsi justru akan menguntungkan rezim Jokowi.
Selain itu, dengan banyaknya massa yang menjemput Imam Besar FPI tersebut hal itu tidak bisa dipandang sebelah mata dan akan mempengaruhi proses politik di tahun 2024.
"Dengan merangkul HRS dan pendukungnya saya kira akan membuat teduh proses politik di tahun 2024 yang akan datang, karena bagaimanapun ini (HRS dan pendukungnya) tidak bisa dipandang sebelah mata," katanya.***