DEMOKRASI.CO.ID - Nama-nama dari Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) mendeklarasikan Partai Masyumi, partai yang sudah bubar di era Presiden Sukarno. Kelahiran kembali Partai Masyumi dianggap bukan saingan bagi partai-partai Islam yang sudah eksis.
Masyumi Reborn dideklarasikan saat perayaan ulang tahun ke 75 Partai Masyumi. "Tokoh-tokoh berhimpun menggagas kembali bangkitnya Masyumi. Disebut sebagai Masyumi Reborn atau terlahir kembali," kata MS Kaban kepada detikcom, Sabtu (7/11/2020).
Dihidupkannya Partai Masyumi, salah satu sebabnya adalah tidak didengarkan saran tokoh KAMI oleh PKS, salah satu partai dengan ideologi Islam. PKS tak kunjung memberi kepastian saat diminta untuk menampung aktifis PA 212 dan eks PBB.
"Insyaallah Masyumi satu-satunya yang menjadi tumpuan kita karena kita pernah berdiskusi dengan Hidayat Nur Wahid ketika saya sakit, ngobrol 2 jam dan saya minta PKS menampung massa 212, massa eks PBB, beliau berpikir lama, akan musyawarah, akhirnya sekarang tidak ada kabar. Maka saya berkesimpulan PKS tidak bersedia menampung massa umat Islam 212 dan mantan aktivis PBB," ucap tokoh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Cholil Ridwan dalam deklarasi Partai Masyumi digelar di aula Masjid Furqon, Jl Kramat Raya, Jakarta Pusat, Sabtu (7/11/2020). Acara ini juga digelar via telekonferensi.
"Tidak ada jalan lain, kita mendirikan Partai Masyumi yang dulu pernah berjaya," imbuhnya.
Politikus PKS Hidayat Nur Wahid (HNW) HNW membenarkan keterangan Cholil Ridwan bahwa dirinya sempat menjenguk Cholil Ridwan di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta, seusai Pemilu 2019. Saat itu, dia berkunjung tidak atas nama partai. HNW adalah Wakil Ketua Majelis Syuro PKS pada saat itu, namun yang punya kewenangan soal partai adalah Ketua Majelis Syuro dan Presiden PKS.
Dia menyayangkan narasi penolakan dari PKS yang tidak benar itu menjadi latar belakang berdirinya Masyumi. Kesimpulan Cholil Ridwan dinilainya melompat tanpa tindak lanjut terlebih dahulu.
Masalah keanggotaan PKS dijelaskannya sesuai dengan UU Partai Politik. PKS tidak boleh menolak prinsip keanggotaan terbuka. Namun, untuk masuk partai, seseorang harus melewati mekanisme formal. HNW juga mengklarifikasi penilaian Cholil Ridwan bahwa dirinya berpikir lama untuk menampung PA 212 dan eks PBB.
"Kalau saya disebut berpikir lama, saya berpikir itu karena Ustaz Cholil Ridwan ini apakah secara resmi memang mempunyai legitimasi mewakili beliau-beliau. Kan beliau bukan pengurus PBB, beliau juga bukan pengurus PA 212. Saya berpikir lama karena memposisikan beliau dan usulannya itu bagaimana, begitu lho," kata HNW.
Meski begitu, PKS berharap Masyumi menjadi teman dalam mengkritisi pemerintah. "Kita berharap Masyumi bisa menjadi teman PKS dalam mengawal demokrasi dan mengkritisi pemerintah bila pemerintah keluar dari jalur demokrasi, jalur semangat reformasi, dan proklamasi," kata politikus PKS Hidayat Nur Wahid (HNW) kepada detikcom, Sabtu (7/11/2020).
Partai Islam Tak Melihat Masyumi Sebagai Ancaman
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), yang sama-sama parpol berbasis umat Islam, tidak merasa Masyumi Reborn sebagai ancaman. PPP merasa masih memiliki pemilih yang kuat.
"PPP tidak melihat kelahiran Partai Masyumi ini sebagai ancaman atau saingan terhadap PPP," kata Sekjen PPP Arsul Sani kepada wartawan, Sabtu (7/11/2020).
Arsul mengatakan masih banyak pemilih loyal di PPP. Arsul mengatakan PPP mampu lolos ambang batas parliamentary threshold (PT).
"Namun PPP masih mampu meraup 6,350 juta suara dan lolos ambang batas. Ini artinya ada pemilih PPP yang loyal di mana dalam keadaan PPP pada situasi yang negatif saja, masih loyal dengan PPP," ujar Arsul.
Anggota Komisi III DPR RI ini yakin kehadiran Partai Masyumi ataupun Partai Ummat tidak akan mengguncang PPP. Menurut Arsul, dengan adanya kehadiran partai pecahan berbasis Islam, PPP bisa lebih meyakinkan publik sebagai partai yang menjadi harapan masa depan.
"Kehadiran Partai Masyumi dan Partai Ummat bukan badai, sehingga tidak akan mengguncang PPP. Justru PPP, yang sudah melewati badai, punya kesempatan luas untuk meyakinkan kalangan Islam dan segmen lainnya yang lebih luas untuk melihat PPP sebagai harapan masa depan ketimbang partai baru yang lahir dari perpecahan partai yang sudah ada," ucap Arsul.
Senada dengan PPP, PAN mengatakan tidak merasa terancam oleh hadirnya partai itu karena basis sosialnya berbeda. Meski, PAN mengakui ada beberapa kesamaan pemilih.
"PAN tidak merasa terancam atau terganggu depan kelahiran Partai Masyumi karena basis sosialnya berbeda. Partai Masyumi berideologi Islam dan PAN berideologi nasionalis religius. Meski dalam beberapa daerah ada segmen pemilih yang berimpitan, tetapi di era demokrasi modern ini semua diserahkan kepada kebebasan pilihan politik rakyat," kata Waketum PAN Viva Yoga Mauladi, kepada wartawan, Minggu (8/11/2020).
Sementara itu, Partai Bulan Bintang (PBB) menyebut Masyumi adalah orang-orang PBB yang tidak sejalan dengan Ketua Umum Yusril Ihza Mahendra. Mereka keluar dari PBB dan membentuk partai baru.
"Alhamdulillah sudah jadi juga mereka, kita PBB malah bersyukur, karena jelas sudah yang berseberangan sama Ketum Yusril dan PBB buat partai baru. Semoga mereka bisa lolos verifikasi di Kum HAM dan verifikasi faktual sebagai syarat berdirinya parpol," ujar Sekjen PBB, Afriansyah Ferry Noor, saat dihubungi, Sabtu (7/11/2020).
Afriansyah mengatakan adanya Masyumi Reborn ini tidak menjadi masalah bagi PBB. Dia berharap Masyumi Reborn dapat berkompetisi dengan baik dan sehat.
"Insyaallah tidak, malah jelas dan kita bisa berkompetisi dengan baik dan sehat, kita harapkan Masyumi Reborn ini bisa ikut pemilu," kata Afriansyah.
"Apalagi mereka mengaku partai Islam, dengan tidak menjelekkan saudaranya sendiri," sambungnya.