logo
×

Sabtu, 21 November 2020

TNI Jadi Tukang Copot Spanduk, PSI Salahkan Anies Baswedan

TNI Jadi Tukang Copot Spanduk, PSI Salahkan Anies Baswedan

DEMOKRASI.CO.ID - Aksi anggota TNI jadi tukang copot spanduk dan baliho Habib Rizieq Shihab (HRS) jadi sorotan publik.

Aksi bersih-bersih spanduk dan baliho di jalanan dinilai merendahkan marwah TNI.

“Rakyat Indonesia mencintai TNI @Puspen_TNI. Kami tidak rela marwah TNI turun karena urusan baliho,” kata politikus Partai Gerindra, Andre Rosiade di akun Twitter @andre_rosiade, Sabtu (21/11).

Andre menyesalkan TNI sebagai alat pertahanan negara malah ikut bersih-bersih spanduk dan baliho.

“Urusan Baliho itu urusan Satpol PP. Kalopun ada pelanggaran hukum itu urusan kepolisian @DivHumas_Polri bukan TNI. TNI adalah Tentara Rakyat. Mari bersama kita jaga NKRI untuk tetap Jaya,” tambahnya.

Sementara politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Mohamad Guntur Romli menilai aksi anggota TNI menurunkan spanduk dan baliho HRS sudah tepat.

Ia menilai, langkah itu terpaksa dilakukan TNI karena Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan melakukan pembiaran.

“Sudah tepat TNI turun tangan mencopot baliho-baliho Rizieq Shihab, karena Gubernur DKI

@aniesbaswedan tidak hanya lepas tangan tapi condong ke kelompok ini, tak hanya membiarkan tapi sudah menganakemaskan FPI & gerombolannya,” kata Guntur Romli melalui akun Twitternya, @GunRomli, Sabtu (21/11).

Ia menyindir elit parpol yang selama ini berkoalisi dengan FPI. Padahal, dukungan FPI tidak efektif.

“Padahal FPI tidak pernah efektif untuk dukungan politik, dukungan FPI ke Capres sejak 2004 kalah terus, mereka baru menang di Pilkada DKI 2017 saja, karena mainin isu SARA,” katanya.

“Berkoalisi dgn FPI artinya berkoalisi dengan ujaran kebencian berbasis SARA. Ini bahaya unt masa depan Indonesia,” sambungnya.

Guntur menyindir elit parpol yang tertipu melihat kerumunan massa pendukung Habib Rizieq Shihab.

“Banyak yang tertipu oleh kerumunan Rizieq FPI khususnya ‘politisi kelekatu’ seperti melihat cahaya, sebenrnya mereka datang bukan karena hormat, tapi ada pamrih, kerumunan dianggap ceruk suara & dukungan politik,” tandas Guntur Romli.

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: