logo
×

Sabtu, 29 Januari 2022

Ini Negara yang Bakal Sokong Rusia Bila Perang Terjadi Kendati Amerika-NATO Dukung Ukraina!

Ini Negara yang Bakal Sokong Rusia Bila Perang Terjadi Kendati Amerika-NATO Dukung Ukraina!

DEMOKRASI.CO.ID - Ini negara yang bakal sokong Rusia bila perang terjadi kendati Amerika-NATO dukung Ukraina! Kendati pemerintahan Ukraina mendapatkan bantuan militer besar-besaran dari negara-negara NATO, Rusia tampaknya tidak gentar sama sekali menghadapinya.

Memang tidak bisa dipungkiri, jika konflik antara Rusia dan Ukraina berkembang menjadi perang, dipastikan negara-negara NATO dan Amerika Serikat (AS) akan berada di pihak Ukraina.

Lantas, negara mana saja yang akan mendukung Rusia? Melansir The EurAsian Times, Jumat 28 Januari 2022 kemarin, Rusia memiliki kelompok pro-Rusia dan bahkan pasukan di wilayah Donbass Ukraina yang telah lama dituduh menyebabkan ketidakstabilan di wilayah tersebut.

Kelompok ini adalah mayoritas orang berbahasa Rusia. Jika terjadi perang, wilayah ini mungkin akan menjadi yang pertama memberikan dukungan di belakang Rusia.

Lalu, seperti dilansir dari Bangkapos.com, Sabtu 29 Januari 2022, ada Collective Security Treaty Organization (CSTO), sebuah blok militer yang mirip NATO. CSTO pada dasarnya adalah aliansi keamanan yang terdiri dari bekas Uni Soviet.

Jika diserang, enam negara yang membentuk CSTO di antaranya Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, dan Tajikistan kemungkinan besar akan saling membela.

Lantaran penarikan tiba-tiba pasukan Amerika dari Afghanistan dan pengambilalihan oleh Taliban, kekhawatiran keamanan di antara negara-negara Asia Barat telah meningkat, yang menyebabkan negara-negara tersebut berpihak ke arah Rusia.

Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan kesempatan itu ketika protes meluas di negara paling makmur di kawasan itu, Kazakhstan dengan mengerahkan pasukan untuk membantu pemerintah.

Tindakan ini telah memulihkan kepercayaan negara-negara CSTO di Rusia dan aliansi secara keseluruhan.

Terlepas dari kenyataan organisasi tidak dirancang untuk terlibat dengan masalah internal, beberapa atau semua mitra ini pasti akan bergegas membantu Presiden Putin jika Rusia menginvasi Ukraina.

Negara lain di kawasan Kaukasus, Azerbaijan (non-CSTO), juga diperkirakan akan mengabaikan seruan untuk bangkit melawan Rusia jika terjadi konflik.

Pada 2020 lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin menengahi gencatan senjata antara Armenia dan Azerbaijan yang memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh.

Sementara seluruh dunia meminta mereka untuk mengakhiri perang, itu hanya intervensi Vladimir Putin yang menghasilkan pakta gencatan senjata kendati itu dipuji sebagai kemenangan Azerbaijan.

Selanjutnya, pasukan Rusia ditempatkan di dalam dan di sekitar wilayah yang disengketakan untuk menghindari konflik etnis lainnya. Sehingga, hampir pasti Azerbaijan tidak akan bergabung melawan Rusia meskipun juga tidak mendukungnya secara terbuka.

Bergerak lebih jauh ke Timur Tengah, Iran adalah salah satu negara yang akan mendukung Rusia. Setelah kesepakatan nuklir gagal, Rusia secara konsisten mendekati Iran.

Sementara ketegangan telah meningkat selama bertahun-tahun antara Amerika Serikat dan sekutunya di satu sisi dan Iran di sisi lain, Rusia telah memasok senjata dan telah bekerja sama dengan Iran dalam Perang Suriah.

Yang paling penting, ekonomi terbesar di dunia, China adalah mitra utama Rusia. Moskwa sendiri telah memperdalam kemitraannya dengan Beijing selama bertahun-tahun sementara ketegangan antara Barat dan China terus meningkat.

China dengan tegas meminta Amerika Serikat untuk mengesampingkan ‘mentalitas Perang Dingin’ dan menganggap serius masalah keamanan Rusia. Jika terjadi konflik, China pasti akan mendukung Rusia.

Selanjutnya, Korea Utara adalah negara yang tetap paling berperang melawan Amerika Serikat dan sekutunya. Pasalnya, China dan Rusia baru-baru ini mengalangi upaya Amerika untuk menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara di PBB menyusul serentetan peluncuran rudal di semenanjung itu.

Tidak ada keraguan Korea Utara akan dengan sepenuh hati mendukung Rusia jika perang skala penuh akan terjadi.

India adalah salah satu negara yang paling penting secara geopolitik di Asia dan biasanya dikenal karena netralitasnya dan menjadi negara nonblok meskipun memiliki hubungan yang kuat dengan Rusia dan Barat.

Tidak mudah bagi India untuk memutuskan pihak mana yang akan diambil mengingat memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rusia dan Amerika Serikat.

Kemitraan India-Rusia ditandai dengan kerja sama pertahanan, sementara kedekatannya dengan Negeri Paman Sam itu didorong faktor China. Akan tetapi, New Delhi telah mengambil pendekatan untuk menghindari permusuhan dari kedua negara.

Oleh karena itu, sangat tidak mungkin India akan mendukung konflik apa pun melawan Rusia, terlepas dari tekanan Barat.

Kemudian ada Kuba, salah satu mitra tertua Rusia. Kerja sama erat negara komunis Kuba dengan bekas Uni Soviet sangat terkenal.

Presiden Vladimir Putin sendiri dan Presiden Kuba Miguel Daz-Canel baru-baru ini membahas kerja sama strategis guna memperkuat hubungan bilateral. Hal tersebut disebut memicu spekulasi Kuba akan memihak Rusia jika terjadi konflik. [terkini]

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: