logo
×

Selasa, 07 Juni 2022

Islamofobia Ancam Masa Depan India

Islamofobia Ancam Masa Depan India

OLEH: SMITH ALHADAR, Penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES)

India, dengan besaran ekonomi terbesar ketiga dan sedang menikmati pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, menghadapi ujian. Di dalam negeri, lebih dari 200 juta Muslim marah atas pernyataan dua tokoh Partai Bharatya Janata (BJP) – partai sayap kanan Hindu yang berkuasa di India – yang menghina Nabi Muhammad.

Memang, posisi juru bicara BJP, Nupur Sharma telah ditangguhkan. Pemecatan juga dilakukan terhadap Pemimpin BJP Delhi, Naveen Kumar Jindal. BJP pun mengecam keras penghinaan terhadap tokoh dari agama apa pun.

Namun, kaum Muslim India menganggap, sanksi yang dijatuhkan pada dua tokoh itu belum cukup. Presiden Dewan Politik Muslim India, Tasleem Rahmani menganggap, sanksi ringan itu hanyalah drama. Ia menuntut keduanya dipenjarakan.

Sekretaris Jamiat Ulema-e-Hind, ormas Muslim terbesar di India, Niyaz Farooqi, mendesak pemerintah mengambil tindakan hukum terhadap keduanya. Respons Rahmani dan Farooqi, tentu bertujuan meredakan kemarahan umat Islam India yang bisa berujung kemelut bangsa.

Di luar negeri, untuk sementara tiga negara Arab Teluk, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar juga mengecam Islamofobia yang marak di India belakangan ini. 

Di luar negeri, untuk sementara tiga negara Arab Teluk, yakni Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar juga mengecam Islamofobia yang marak di India belakangan ini. UEA adalah salah satu mitra dagang terbesar India.

Bersama Saudi dan Qatar, UEA menampung pekerja migran India, baik Muslim maupun Hindu, dalam jumlah besar. Kerja sama ekonomi dengan negara Arab ini berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi India yang seperempat dari 1,3 miliar populasinya hidup di bawah garis kemiskinan.

Memang sejak merdeka dari Inggris, hubungan Muslim (15 persen dari total penduduk) dan Hindu (80 persen) tidak benar-benar harmonis meskipun konstitusi India mengakui hak hidup semua agama di negara multietnis, budaya, dan agama itu.

Paling tidak, ada empat penyebab ketidakharmonisan ini. Pertama, pemisahan India dan Pakistan menurut garis agama segera setelah kedua negara ini merdeka bersama pada 1947, meninggalkan trauma antara pemeluk Hindu dan Islam.

Perpindahan masif penduduk Muslim India ke Pakistan dan penduduk Hindu Pakistan ke India menciptakan tragedi menyedihkan.

Perpindahan masif penduduk Muslim India ke Pakistan dan penduduk Hindu Pakistan ke India menciptakan tragedi menyedihkan.

Kedua, pemeluk Hindu menganggap Muslim tidak nasionalis dan patriotik – dan berkiblat ke Makkah -- meskipun mayoritas Muslim India tidak ikut pindah ke Pakistan dan menganggap India sebagai tanah air mereka.

Ketiga, sapi sebagai hewan suci bagi kaum Hindu justru dikonsumsi Muslim. Keempat, konversi umat Hindu ke Islam yang terus meningkat menimbulkan keprihatinan umat Hindu. Kaum Hindu mengembangkan teori konspirasi bahwa Muslim melakukan konversi paksa. 

Bagaimanapun, luka sosial di atas dapat dikendalikan hingga 2014 ketika BJP di bawah PM India Narendra Modi berkuasa. Sejak itu, Islamofobia menyebar cepat. Hampir setiap hari ada ujaran kebencian, serangan kaum Hindu terhadap rumah ibadah dan komunitas Muslim.

Pada 3 Juni, Duta Besar Keliling untuk Kebebasan Beragama Internasional AS, Rashad Hussain, bertepatan dengan dirilisnya laporan kebebasan beragama secara global pada 2021 menyatakan, di India terjadi peningkatan serangan terhadap penduduk dan rumah ibadah.

Hussain, yang memimpin upaya Kemenlu AS memonitor kebebasan bergama di dunia menyatakan, beberapa pejabat India menutup mata, atau bahkan mendukung serangan terhadap penganut agama minoritas sepanjang tahun lalu.

Pemerintahan PM Modi memang tak menyembunyikan kebijakan Hinduisasi India.

Pemerintahan PM Modi memang tak menyembunyikan kebijakan Hinduisasi India. Pada 2019, pemerintahnya mencabut Kashmir dari status konstitusional istimewa yang menjamin hak-hak khusus bagi negara bagian dengan mayoritas Muslim itu.

Termasuk, hak-hak pada konstitusinya sendiri dan proses pengambilan keputusan untuk semua hal kecuali pertahanan, komunikasi, dan urusan luar negeri.

Kini, orang Hindu dari India dapat bermukim dan menjadi pejabat serta pegawai di wilayah yang masih menjadi sengketa India dan Pakistan itu. Di bidang pendidikan, negara-negara bagian lain mulai mengikuti Negara Bagian Larantaka yang bulan lalu melarang jilbab di ruang kelas.

Di balik meningkatnya Islamofobia di India, membentang jaringan artis sayap kanan Hindu yang menggubah lagu yang dimainkan sepanjang kampanye kebencian.

Pergolakan antarumat beragama di India terus terjadi bila BJP tak mengubah atmosfer Islamofobia dan pasti mengganggu perkembangan India. Politisasi agama berupa Islamofobia oleh BJP dalam setiap kampanye memang cukup berhasil meraup suara dalam pemilu.

Namun, bila diteruskan, semua kemajuan yang telah dicapai India akan berantakan. [rol]

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: