![]() |
Puan Maharani dan Joko Widodo |
Pendapat itu disampaikan pengamat politik Muhammad Huda kepada intelijen (14/12). “Anggota PGRI itu mengikuti perkembangan politik, dan mereka itu lihat berita. Tentunya mereka tahu kapasitas yang dimiliki Puan Maharani,” jelas Huda.
Kata Huda, insiden di acara Puncak Peringatan HUT ke-70 PGRI tersebut semakin menurunkan derajat Puan Maharani di hadapan rakyat. “Walaupun di lingkungan Istana, Puan masih dihormati, tapi di hadapan rakyat sudah habis karirnya. Selama menjabat pun tidak ada gebrakan yang dilakukan,” jelas Huda.
Huda menilai, dalam insiden itu terlihat ada upaya pihak Presiden Joko Widodo untuk sengaja mempermalukan Puan di hadapan para guru. “Gaya politik Jokowi bukan melawan tetapi sengaja memperlihatkan kebodohon orang yang menjadi targetnya, seperti Puan Maharani,” ungkap Huda.
Tak hanya itu, kata Huda, dalam posisi yang serba terjepit maka berpolitik model seperti itu dianggap paling tepat. “Jokowi itu tidak pernah melawan Puan maupun Mega, tetapi Jokowi membiarkan rakyat memperolok Puan dan Megawati,” jelas Huda.
Diberitakan sebelumnya, ratusan ribu guru anggota Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menyoraki Menteri Koordinator Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Puan Maharani.
Peristiwa ini terjadi saat pembawa acara mengumumkan putri Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri itu akan naik ke atas panggung Puncak Peringatan HUT ke-70 PGRI untuk membacakan sambutan Presiden Joko Widodo.
“Kecewa, kecewa, enggak ada Jokowi,” ujar salah seorang guru di salah satu tribun Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), tempat diselenggarakannya acara (13/12).(itl)