
NBCIndonesia.com - Jika melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini sungguh memprihatinkan. Sebab, boleh dikatakan bangsa ini sudah tidak memiliki nilai-nilai budaya. Kondisi tidak berbudaya ini sudah merambah ke berbagai ragam lapisan masyarakat. Baik lapisan bawah sampai ke lapisan paling atas. Perilaku tidak berbudaya tersebut tercermin dalam berbagai sikap dan perilaku yang ditunjukan terutama oleh beberapa wakil rakyat, termasuk mereka yang duduk sebagai pimpinannya.
Tidak terlepas juga hal ini sering terlihat pada perilaku para pelaksana di lembaga-lembaga pemerintahan walaupun pucuk pimpinannya sudah jauh lebih baik.
Di jalan raya, perilaku tidak berbudaya ini jelas-jelas terproyeksi pada perilaku penggunaan jalan umum. Sangat jelas tercermin sikap tidak memperdulikan bahwa pengguna jalan bukan hanya dirinya pribadi. Fenomena ini cukup menyedihkan, akan dibawa kemana bangsa ini kedepannya. Padahal kita sering sekali mendengar bahwa kita adalah bangsa yang berbudaya.
Kenyataan yang terjadi saat ini sangatlah jauh dari apa yang pernah dikumandangkan dengan lantang di berbagai media.
Perilaku para pengguna jalan umum tersebut sudah menggambarkan seutuhnya bagaimana perilaku bangsa ini. Karena para pengguna jalan tersebut mewakili semua lapisan masyarakat Indonesia tercinta ini.
Pengenalan makna dan arti Pancasila hampir tidak tercermin dalam sikap dan perilaku bangsa yang menyatakan dirinya ini sebagai suatu bangsa yang besar. Bila kepada masing-masing mereka ditanya apakah mereka mengenal Pancasila, ternyata akan banyak dari mereka cukup pandai menyebutkan semua sila-sila yang terkandung di dalam Pancasila tersebut.
Mereka hanya pandai menghafal tapi tidak pandai menerapkannya sebagai pedoman hidup mereka berbangsa dan bernegara.
Dimana sebenarnya letak kesalahan kita, sehingga yang terbentuk adalah masyarakat yang tidak berbudaya tetapi mengakui bahwa Pancasila adalah pedomannya berbangsa dan bernegara. Lalu bagaimana mereka bisa mengucap bahwa Pancasila adalah pedomannya berbangsa dan bernegara. Akan tetapi perilaku mereka sehari-hari tidak mencerminkan bahwa mereka benar-benar berpedoman terhadap Pancasila dengan segala isinya itu.
Kalau kita mencoba meninjau kebelakang mengenai diri kita sendiri dan mencoba merefleksikannya dengan sikap perilaku kita pribadi cukup menyedihkan.
Ternyata selama ini kita tidak pernah menerima pendidikan khususnya dari sekolah-sekolah kita yang kita lalui baik yang diawali dengan sebut Sekolah Dasar (SD), kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan selanjutnya Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun yang setaranya tapi belum disampaikan.
Jadi yang kita terima selama ini hanyalah pembelajaran paket materi pelajaran, bukan pendidikannya. Konsep pendidikan itu tepatnya adalah benar-benar mendidik dengan memberikan contoh bagaimana harus bersikap di masyarakat serta penerapan praktisnya sehari-hari tetapi tidak hanya dimuka kelas.
Sehingga produk-produk saat ini adalah produk yang tidak terdidik mereka hanya terpelajar saja. Dampaknya memang tidak mengenal dan menjiwai masalah budaya.
Bila ingin bangsa kita berbudaya Pancasilais memang salah satu jalan keluarnya adalah merubah pola pendidikan. Bahwa yang diutamakan adalah mendidik dalam arti yang seutuhnya.
Ilmu pengetahuan lainnya diperoleh dengan mendidik anak-anak kita bagaimana memperolehnya dan bahwa mendalami ilmu pengetahuan harus dibuat sedemikan menariknya sehingga masing-masing mereka dapat mendalami sendiri sekolah fokus kepada mendidik kepribadian anak didiknya agar berbudaya.
Pendidikan itu memang bentuknya pengulangan tetapi harus dikembangkan dengan mengerti kondisi dan situasi anak-anak didiknya dan dicarikan upaya terbaik agar anak didik dapat berkembang mandiri serta berbudaya.
Sebenarnya, kita sudah mempunyai tokoh yang patut dijadikan contoh dan dipedomani dengan baik khususnya aspek pendidikannya yakni Ki Hadjar Dewantoro. Pendidikan harus dibuat sedemikian rupa sehingga anak didik benar-benar tidak jauh berbeda dengan konsep Tut Wuri Handayani.
Memang ini menjadikan jalan panjang tapi produk-produk yang tidak mempu mencapai berbudaya tersebut sudah banyak berperan di masyarakat kita. Mungkin kita juga akan khawatir kalau salah satu acuannya bahwa pendidikan harus mulai dari keluarga, memang tepat tapi dilemanya yang menjadi motor keluarganya adalah mereka merupakan hasil dari produk yang sudah kehilangan budayanya.(ok)