
NBCIndonesia.com - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak menerima terus-terus disebut lambat dan tidak berbuat apa-apa saat menjadi presiden dulu. Untuk membantahnya, SBY membeberkan segala prestasi dan hasil kerjanya selama 10 tahun pemerintah.
Hal ini dilakukan SBY saat memberikan materi utama dalam acara penataran kader utama Partai Demokrat di Novotel Hotel, Bogor, Jawa Barat, Senin (28/3). Peserta penataran ini sebanyak 250 kader Demokrat yang terdiri atas pengurus harian DPP, anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI, dan 34 ketua DPD Partai Demokrat se-Indonesia. Selain oleh SBY, dalam penataran itu juga akan disampaikan materi oleh 25 menteri era SBY.
Di sela materi yang disampaikan, SBY menyampaikan unek-uneknya. Terutama terkait pernyataan beberapa pihak yang selalu menyebut dirinya lambat dan tidak berbuat apa-apa.
"Minggu lalu saya masih dengar kata-kata seperti itu, pemerintahan SBY tidak berbuat apa-apa. Itu berlebihan lah. Mungkin pemerintah yang saya pimpin ada yang oke dan ada yang belum oke. Tapi kalau dikatakan tidak berbuat apa-apa, berlebihan. Too much," ucapnya.
SBY kemudian menampilkan infografi dan film dokumenter yang menggambarkan segala yang dilakukan selama 10 tahun memerintah. Dalam infografi dan film itu tergambar kerja SBY dalam mengatasi musibah tsunami Aceh, menyelesaikan konflik, meningkatkan kesejahteraan. Selama memerintah SBY mampu meningkatkan perdapatan per kapita masyarakat sampai 4 kali lipat, APBN naik 4 kali lipat, pertumbuhan ekonomi Indonesia jadi nomor 2 dunia, ekpor naik 3 kali lipat, dan pendidikan naik jadi 20 persen.
"Ini data, fakta, bukan mengada-ada. Saya harap Pak Jokowi juga nanti membuat seperti ini. Sebab, tidak ada presiden yang tidak ingin menambah prestasi. Kalau Pak Jokowi menambah, senang saya," ucap SBY.
SBY juga menampik anggapan dirinya penakut dan selalu mementingkan popularitas. Buktinya, pada 2005, dirinya berani menaikkan harga BBM sampai 140 persen.
"Kalau Pak jokowi naikkan sekitar 30 persen, bagus. Tapi jangan bilang SBY tidak berani karena menjaga popularitas. Dulu kita naikkan 140 persen," ucapnya.
Selama memerintah, kata SBY, dirinya banyak membuat kebijakan instan. Salah satunya saat menerima laporan dari gubernur terkait ada bencana. Saat itu juga, kata SBY, dia langsung membuat kebijakan.
Namun, untuk masalah lain yang perlu koordinasi, SBY melakukan koordinasi lebih dulu. Karena SBY tidak ingin kebijakan hanya cepat, tapi juga tepat.
"Kecepan penting. Tapi ketepatan juga penting. Cepat tapi berubah-ubah buat apa. Kita baru menyaksikan drama kemarin, terjadi benturan taksi konvensional dan online. Kita berharap pemerintah ambil kebijakan tepat. Kita beri kesempatan," tandasnya. (rmol)