NBCIndonesia.com - Bung Karno, Bung Hatta serta para pemimpin dan pendiri bangsa ini bisa dikatakan hidupnya dipersembahkan kepada masyarakat dan negara. Mereka rela mengorbankan dirinya agar rakyat dan bangsanya terangkat dari kubangan lumpur kolonialisme.
Bahkan, seperti sudah diketahui, bung Hatta benar-benar menjalankan sumpahnya yaitu baru nikah setelah bangsa dan negara yang di cintainya merdeka. Bung Hatta sedikitpun menyerah kendati harus menjalani pembuangan di Digul, Papua.
Bung Karnp, Bung Syahrir maupun KH Agus Salim serta para pemimpin dan pendiri bangsa ini juga melakoni pengorbanan yang tak jauh beda. KH Agus Salim, misalnya, hidup dari satu rumah kontrakan ke rumah kontrakan lainnya meski pernah menjadi Wamenlu.
Tak hanya rela berkorban dan berjuang, para pemimpin itu juga tak pernah memarahi rakyat. Tidak sekalipun mereka itu berbicara kasar atau bahkan memaki maupun mengumpat rakyat. Tidak pernah sekalipun mereka merendahkan derajat rakyatnya.
Sebaliknya, para pemimpin itu amat mencintai rakyatnya. Mereka juga melayani dan mendidik rakyatnya. Bahkan, tak berlebihan jika dikatakan pengorbanan hidup mereka hanya untuk rakyat yang dicintai dan dibelanya itu.
Ketulusan inilah yang menciptakan hubungan saling menghormati antara pemimpin dengan rakyatnya. Hubungan harmonis yang bukan dibuat-buat atau pencitraan, namun dilandasai oleh pengorbanan para pemimpin terhadap rakyatnya.
Kehadiran dan kerumunan rakyat menemui pemimpin bukan karena dimobilisir. Rakyat mendatangi pemimpin karena hormat dan ingin mendapatkan pencerahan yang tulus. Rakyat rela menemui pemimpin bukan karena selembar uang atau sebungkus nasi.
Ini pula jalinan antara umat dan pemimpin umat. Setidaknya seperti yang dicontohkan oleh Yesus atau Nabi Isa. Nabi dan pemimpin umat Nasrani ini rela mengorbankan hidup dan nyawanya untuk umatnya. Karena pemimpin itu sejatinya ada karena rakyat.
Selamat Memperingati Hari Wafatnya Isa Almasih.(ts)