
NBCIndonesia.com - Keengganan banyak prajurit Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) menggunakan kondom saat memperkosa budak seks menimbulkan masalah. Budak seks dari kalangan perempuan etnis Yazidi itu seringkali hamil sehingga tak bisa disetubuhi.
Alhasil, para budak seks itu dipaksa menggunakan alat-alat kontrasepsi. Informasi ini disampaikan belasan wanita penyintas Yazidi yang berhasil kabur dari lokasi penyekapan para militan di utara Irak, akhir bulan lalu.
"Saat ini kontrasepsi untuk seks oral maupun metode suntik terhadap para budak seks diterapkan rutin oleh militan," seperti dilaporkan Channel News Asia, Minggu (13/3).
Sedangkan dari laporan surat kabar the New York Times pertengahan pekan ini, para perempuan yang disekap ISIS juga diwajibkan menggugurkan kandungan jika ketahuan hamil. Budak seks di mata para militan khilafah hanya berguna saat bisa disetubuhi ramai-ramai. "Praktik aborsi itu dirasakan hampir semua perempuan yang disekap," tulis New York Times.

PBB mencatat setidaknya lebih dari 5 ribu perempuan Yazidi menjadi korban penculikan ISIS. Nyaris semuanya berakhir menjadi budak seks para prajurit khilafah, dengan cara diperjualbelikan di pasar. Hingga awal tahun ini, baru 2 ribu wanita Yazidi berhasil kabur dari penyiksaan dan penghinaan bertubi-tubi tersebut.
Prajurit ISIS didoktrin untuk tidak menganggap warga Yazidi sebagai manusia. Yazidi adalah etnis di Irak yang mayoritas beragama Nasrani. Warga Yazidi juga mempercayai gabungan ajaran Zoroaster serta Islam, sehingga dianggap kafir bidah oleh militan Sunni garis keras.
Para penyintas perbudakan seks oleh ISIS sekarang dirawat oleh klinik-klinik PBB yang berada di kawasan Kurdistan, Irak. Setidaknya ada 700 perempuan yang mengalami trauma karena diperkosa militan. Dari angka itu, lima persennya hamil akibat perbudakan seks ISIS.(mdk)