
NBCIndonesia.com - Analis ekonomi dari Pusat Kajian Ekonomi Politik UBK, Salamuddin Daeng mengungkapkan bahwa ciri orang bangkrut adalah jika kehidupan hari ini lebih buruk dari hari kemarin.
“Apa yang dihadapi pemerintahan Jokowi-JK dari hari ke hari semakin suram. Awan mendung telah menutupi pemerintahan ini sejak semula dan tidak ada tanda tanda akan terbit mentari,” ujar Daeng di Jakarta, Jumat (1/4).
Bagaimana tidak tepat, lanjutnya, ketika pemerintahan ini mulai berkuasa, berbagai kesialan demi kesialan melanda ekonomi Indonesia secara bertubi tubi. Ekonomi global diselimuti awan gelap. Ekonomi china yang merupakan sekutu pemerintahan Jokowi goyang, miring dan terancam runtuh.
Menurut Daeng, krisis melanda dunia dan sekaratnya ekonomi china membuat harga komoditas terjungkal. Bahkan harga minyak dan gas merosot sangat tajam, harga minyak berkisar antara 20-30 usd/barel berada dibawah rata rata ongkos produksi di Indonesia. Sedangkan Harga gas tinggal 1,8 usd/mmbtu
“Padahal minyak adalah andalan APBN Indonesia. Akibatnya pendapatan migas baik pajak maupun bagi hasil minyak menurun tajam. Jika tahun 2013 migas menyumbang Rp305,82 triliun (21,25 % pendapatan negara), tahun 2014 sebesar Rp310 triliun,” tambahnya.
Namun, lanjutnya, sejak pemerintahan Jokowi pendapatan migas hanya Rp80 triliun (tahun 2015). Tahun 2016 usaha dibilang migas sudah lebih besar pasar dari pada tiang, sudah lebih besar biaya (cost recovery) dibandingkan dengan seluruh revenue sektor minyak. Dengan demikian sudah tidak mungkin Jokowi memperoleh penerimaan dari migas lagi.
“Lalu bagaimana pemerintahan ini dapat dilanjutkan, sementara jatuhnya harga komoditas termasuk minyak akan bertahan dalam jangka waktu yang panjang sering semakin melemahnya ekonomi China. Padahal pemerintahan ini telah menjalankan politik jual diri kepada china,” pungkasnya. (akt)