
Nusanews.com - Calon petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) belum memutuskan dirinya maju lewat jalur mana pada Pemilihan gubernur (Pilgub) DKI 15 Februari 2017.
Mantan politikus, Partai Indonesia Baru (PIB), Golkar, dan Gerindra masih memikirkan secara matang lebih menguntungkan mana antara partai politik serta perseorangan.
Suami Veronica Tan itu, memang terlihat ragu maju lewat jalur independent. Hingga kini, Ahok belum merencanakan deklarasi calon gubernur (Cagub) perseorangan.
Hal tersebut, memperlihatkan khawatir yang cukup berlebihan karena, soal keterpenuhan dukungan jika maju independen.
Karena itu, Ahok terus mengulur-ulur waktu sambil menggoda partai politik untuk mendukungnya. Khususnya, PDI Perjuangan yang memiliki kursi mayoritas di DPRD DKI.
Besar kemungkinan, mantan Anggota Komisi II DPR itu akan meninggalkan teman Ahok, maju melalui partai politik. Mengingat, dua pecahan Partai Golkar sudah menegaskan mendukung Ahok. Di antaranya, NasDem dan Hanura beserta partai berlambang pohono beringin, sehingga terkupumpul 24 kursdi dewan di Kebon Sirih.
Sekretaris Panitia Tetap (Pantap) Penjaringan Gubernur Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra DKI Ahmad Sulhy menyatakan, saat ini seolah partai politik menunggu Ahok. Padahal, jika dilihat secara kasat mata dia sedang cemas apakah bisa mengikuti kontestasi pilgub nanti atau tidak.
Apakah dukungan calon independen yang disampaikan melalui booth-booth di mal-mal itu, dapat terbukti menurut hukum sebagai suatu syarat dukungan berdasarkan ketentuan Undang-undang Pilkada baru.
"Karena itu, Ahok tidak perlu malu masuk partai. Ini lebih jantan," kata Sulhy kepada TeropongSenayan, di Jakarta, Selasa (14/6/2016).
Menurut Wakil Ketua DPD Gerindra DKI itu, Ahok tidak perlu takut dengan ancaman relawan Teman Ahok yang mengancam akan membakar atau meninggalkan mantan Bupati Belitung Timur itu pada Pilkada.
"Gerindra akan menampung semuanya Teman Ahok. Dari pada ikut Ahok tidak jelas," ujar Sulhy.
Sebab, jika belajar dari pengalaman sebelumnya, kekhawatiran Ahok itu bukan karena Teman Ahok, tapi syarat dukungan.
Bayangkan saja, PIB, Partai Golkar dan Gerindra saja pernah ditinggalkan, apalagi Teman Ahok.
"Jadi kebutuhan Ahok jelas, Ahok dekat ke partai karena khawatir syarat dukungan gagal. Jadi, siap-siap ditinggal Teman Ahok. Nanti, datang saja ke kantor DPD kami ya.. Tapi, Teman Ahok jangan minta gaji ya.. Karena kami tidak menerima CSR dari pengembang," terang Sulhy berseloroh.
Gerindra dan PDIP tidak menunggu Ahok. Sebab, dua partai besar di Jakarta, punya banyak tokoh untuk bisa diusung sebagai orang nomor satu di Jakarta.
"Ahok aneh. Dia membalik seakan-akan kami ingin merapat ke dia, kalau Teman Ahok saya terima,’’ kelakarnya. (ts)