
Nusanews.com - Keberadaan Kelompok Jempol Rakyat di lokasi penggusuran di Kampung Aquarium, wilayah Pasar Ikan, Luar Batang Jakarta Utara, dalam kegiatan Sahur Bersama, beberapa waktu lalu, rupanya membekas kepada warga yang ikut Sahur Bersama.
Dan bekas itu tidak hilang sama sekali, ketika warga Kampung Aquarium menyelenggarakan kegiatan “Panggung Rakyat, Silaturahmi, Halal Bil Halal, Konsolidasi Selamatkan Jakarta” Jempol Rakyat juga ikut diundang bersama dengan beberapa Ormas besar lainnya yang sering melakukan demo, baik di KPK, maupun di Istana Negara beberapa waktu lalu.
“Kami sangat berterima kasih dan merasa tersanjung atas undangan warga Kampung Aquarium yang sudah mau menganggap kami juga bagian dari mereka, kami akan tetap mengusahakan agar beberapa rekan kami bisa hadir, sebagai salah satu bentuk dukungan kami atas rencana mereka,” ujar Ajeng Cute selaku yang dipercaya oleh rekan lainnya di Jempol Rakyat sebagai Ketua Umum.
Ajeng juga ingin mengucapkan permohonan maaf karena tidak semua rekan-rekan di Jempol Rakyat bisa hadir, dikarenakan kesibukan dan tempat tinggal mereka ada yang berdomisili di luar Jakarta.
“Semua teman-teman sangat ingin hadir, namun kondisi jarak dan waktu yang berbenturan mengakibatkan mereka hanya bisa menitipkan salam kepada teman lainnya yang akan menuju ke tempat kegiatan,” ucap Ajeng.
Kegiatan Panggung Rakyat ini, juga sebagai salah satu pernyataan sikap dari warga Kampung Aquarium yang akan menyampaikan sekaligus mengingatkan Jokowi, ketika masih dalam masa kampanye Pilgub DKI Jakarta pada Bulan September 2012 lalu.
Di hadapan warga Kampung Aquarium, Jokowi berjanji dan juga menandatangani “kontrak politik” jika nanti terpilih Jokowi akan memperhatikan dan memperbaiki nasib warga miskin Jakarta.
Namun janji tinggal janji, usai terpilih, Jokowi disibukkan dengan rencana pencalonan sebagai Presiden RI, dan ketika terpilih kontrak politik tersebut ikut terlupakan.
Hingga akhirnya Ahok naik menggantikan Jokowi. Namun pada tanggal 11 April 2016 lalu, Ahok justru dengan beringas dan dengan alasan yang dibuat semaunya, langsung melakukan penggusuran hingga akhirnya 300 lebih rumah tangga harus pasrah ketika Ahok dengan dukungan TNI dan Polisi, dengan menggunakan alat berat masuk dan menghancurkan bangunan di atas tanah, hingga akhirnya bebberapa keluarga tetap bertahan hingga akhirnya memunculkan “Manusia Perahu”.
Kehidupan di bekas lahan gusuran tersebut, kini sudah mulai kembali dimasuki oleh warga yang sempat dipaksa pindah ke beberapa rumah susun, namun mata pencaharian sebagian besar adalah nelayan, maka tidak ada jalan lain, selain kembali untuk tinggal di lokasi bekas gusuran, walaupun harus tinggal bersama dengan lainnya di dalam tenda bantuan.
“Kami melihat sebuah bentuk “penjajahan” model baru terhadap warga miskin oleh pemprov DKI kepada warganya sendiri, karena dari sumber kami, justru penggusuran ini akan dijadikan jalan umum, sebagai salah satu akses untuk bisa masuk ke Pulau Reklamasi yang sedang dikerjakan oleh anak perusahaan milik PT. Agung Podomoro Land,” ujar Ajeng.
Dan atas kesepakatan bersama seluruh dukungan Jempol Rakyat, warga Kampung Pasar Aquarium harus dibantu, meskipun bantuan itu hanya bisa berupa dukungan dan doa.
“Kami akan selalu berusaha agar warga kampung aquarium bisa merasakan kami tetap ada untuk mereka, kami akan membantu sebisanya, walaupun tidak maksimal seperti kehidupan mereka sebelumnya,” pungkas Ajeng. (pb)