
Nusanews.com - Memasuki program Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), kemampuan serta keterampilan yang dimiliki masyarkat Indonesia tidak lagi harus bertumpu pada skala nasional. Keterampilan yang dimiliki harus bisa bersaing dengan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN.
Managing Director Putra Sampoerna Foundation, Nenny Soemawinata, mengungkapkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih rendah. “Kita kadang tidak diterima kerja di sana. Kenapa? Karena sudah terbukti dan ada data kualitas pendidikan di Indonesia terendah di ASEAN. Makanya, kita harus mengejar,” ungkapnya, mengutip dari situs resmi Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (16/8/2016).
Nenny mengingatkan kepada mahasiswa agar tidak hanya rajin berkuliah, tapi juga gemar membangun soft skill leadership. Apalagi sejak Desember 2015, Indonesia telah menjadi bagian dari MEA.
Dengan adanya program MEA, maka tenaga kerja profesional di antara negara-negara anggota ASEAN semakin terbuka. Para pekerja di Singapura, Malaysia, sampai Vietnam telah berhasil menembus pasar kerja di Indonesia. Sementara untuk pekerja di Indonesia masih kesulitan menembus pasar kerja di luar negeri.
Situasi seperti ini tidak bisa disikapi dengan main-main. Sebab, semuanya sudah semakin global dan tantangan ada di mana-mana, sehingga kehidupan ke depannya akan semakin berat. Oleh karena itu, UGM ingin para mahasiswa bisa menjadi seorang pemimpin di masa depan.
Mereka diharapkan bisa menjadi generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan global. Wakil Rektor UGM Bidang Kerjasama dan Alumni, Dr Paripurna, S.H, M.Hum, LL.M, menambahkan, mahasiswa diharapkan tidak hanya mendapatkan materi pelajaran.
“Namun juga dapat belajar soft skill, bagaimana membangun network, mengembangkan spirit enterpreunership, dan bisa bertahan menghadapi tantangan ke depan,” tambahnya. (ok)