
Nusanews.com - Polemik soal baju adat Batak yang dikenakan Presiden Joko Widodo di Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba (KKPDT) di Kabupaten Toba Samosir mencapai klimaks. Dinilai menghina Jokowi pakai baju adat Batak, dua Facebooker dilaporkan ke Polda Sumatera Utara.
Terlepas dari isu penghinaan terhadap adat Batak, praktisi metafisika Ki Gendeng Pamungkas secara khusus menyorot penggunaan tongkat “Tunggal Panaluan” yang dipakai Presiden Jokowi dalam KKPDT tersebut.
Menurut Ki Gendeng, tongkat Tunggal Panaluan dipandang memiliki kekuatan supranatural tingkat tinggi. Sehingga Jokowi berkenan menggunakan tongkat para Datu Bolon (dukun besar) itu. Tujuannya, agar tidak dilengserkan dari kursi Presiden RI!
“Yang diterima Jokowi itu, tongkat Tunggal Panaluan, yang dipakai dukun-dukun Batak, agar sakti,” ungkap Ki Gendeng kepada intelijen (24/08).
Ki Gendeng menilai, pihak Jokowi sangat percaya hal-hal klenik termasuk kepada benda-benda yang dianggap sakti. “Jokowi lebih ‘klenik’ dari Soeharto. Jokowi ambisinya mau menggabungkan kekuatan kesaktian spiritual Soekarno dan Soeharto,” ungkap Ki Gendeng.
Tak hanya itu, Ki Gendeng menyatakan, pihak Jokowi menjalankan ritual khusus agar publik “terbius” penampilan Jokowi. “Itu ada ilmunya sendiri, dan Jokowi menjalaninya. Logikanya, Jokowi bukan seorang pejuang, aktivis, tetapi seolah-olah terus dikerumuni rakyat, itu ada ritualnya,” pungkas Ki Gendeng.
Sebelumnya, tokoh masyarakat Batak, Monang Naipospos mengungkapkan, tongkat yang diberikan kepada Jokowi bukanlah Tongkat Balehat. Sebutan untuk tongkat yang biasa digunakan para raja-raja Batak. Melainkan tongkat Tunggal Panaluan, yang justru banyak dipakai para dukun-dukun Batak pada masa lalu.
“Yang diberikan ke Jokowi itu tongkat Tunggal Panaluan. Itu tongkat dukun. Makanya banyak ukiran yang mengandung nilai mistis. Kalau tongkat para raja itu namanya Tongkat Balehat,” ujar Monang seperti dikutip Okezone (23/08).
Monang sangat menyesalkan adanya insiden kesalahan memberikan tongkat itu. Monang pun meminta kepada panitia acara-acara yang melibatkan kebudayaan Batak untuk betul-betul melibatkan tokoh adat dan tokoh masyarakat adat yang benar-benar paham akan nilai-nilai dan tradisi masyarakat Batak. “Jangan karena tongkat itu banyak ukirannya dan bagus pula, terus disebut tongkat raja. Kalau Jokowi tahu mungkin dia enggak mau pakai. Dia kan bukan dukun,” keluh Monang. (it)