logo
×

Senin, 28 November 2016

Dibongkar TVOne, Isu "Pendemo 4 November Dibayar" Pesanan Seharga 2 Milliar

Dibongkar TVOne, Isu "Pendemo 4 November Dibayar" Pesanan Seharga 2 Milliar


NUSANEWS - Isu pendemo 4 November dibayar Rp 500 ribu per orang adalah pesanan untuk mengalihkan perhatian publik dan menghabiskan dana Rp 2 miliar, kata seorang narasumber yang berbicara di TVOne.

Dalam acara "Benang Merah" berjudul "Siasat Penyebar Info Sesat" yang disiarkan TVOne tiga hari lalu, sumber bernama Toni mengungkapkan, dia bersama teman-temannya merekayasa isu pendemo dibayar Rp 500 ribu karena pesanan dari kliennya.

"Misalnya demo tanggal 4 kemarin. Kami coba kerahkan massa untuk memperlihatkan kepada wartawan ada pembayaran ongkos demo Rp 500 ribu, Rp 300 ribu biar ditulis oleh wartawan. Padahal itu tidak ada," kata Toni

Dalam rekaman video yang diunggah ke Youtube oleh TvOne News, pengakuan Toni itu terungkap mulai menit 13:49.

"Tapi karena pemesan kami, supaya ada berita tentang pembayaran demo, kelompok itu saya kerahkan termasuk pembayarnya kami ongkosi Rp 1 miliar dan Rp 2 miliar untuk memperlihatkan kepada wartawan agar ditulis seolah-olah demo itu ada yang bayar," katanya.

Isu pendemo dibayar kali pertama diungkap oleh Habiburokhman, pengacara yang tergabung dalam Advokat Cinta Tanah Air di Kantor Bareskrim. Habib melaporkan ke polisi gubernur DKI Jakarta nonaktif, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok karena melakukan fitmah dengan penyataannya yang menuduh demonstran 4 November 2016 dibayar Rp 500 ribu per orang.

Pernyataan Ahok itu, menurut Habib didapat dari laman mobile.abc.net.au dengan judul berita "Jakarta Governor Ahok Suspect in blasphemy case, Indonesia Police say" yang diposting Rabu (16/11) lalu.

"Di dalamnya juga terdapat rekaman video pernyataan langsung Ahok yang secara garis besar mengatakan: It's not easy, you send more than 100.000 people, most of them if you look at the news, said they got the money 500.000 rupiahs," katanya.

Di bagian rekaman video acara di TVOne, Toni mengaku, dia dan temannya tidak bekerja sendirian. Dia menyebarkan hoax dan merekayasa suatu peristiwa.

"Bahkan kami bekerjanya tidak hanya menyebar hoax, menyebar penyesatan, tapi kami sampai pada tingkat pulsif, menimbulkan situasi baru, ada kejadian-kejadian baru yang sekiranya klien mau mengongkosi, membayar, kami bikin peristiwanya sehingga orang akan teralihkan perhatiannya dan seterusnya," kata Toni. (rn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: