
TRUMP memenangkan Electoral College Vote dalam Pilpres Amerika Serikat. Posisi Commader in Chief akan dalam genggaman Trump empat tahun ke depan. Di sisi lain Hillary memenangkan Popular Vote secara nasional, dan tentu saja tidak akan menjadi Presiden ke 45 Amerika Serikat.
Situasi ini pernah terjadi pada Pilpres Amerika Serikat tahun 2000 saat Goerge Bush Junior memenangkan Electoral College Vote atas Al Gore yang memenangkan Popular Vote secara nasional. Terus, apakah AS akan demikian mengerikan dan dunia akan demikian mencekan kembali seperti saat George Bush junior berkuasa di Ruang Oval?
Yang menarik adalah kekalahan krusial Hillary (2016) dan Al Gore (2000) sama-sama di negara bagian yang sebelumnya diprediksi akan dimenangkan oleh mereka, Florida dengan 29 Elektor. Jika kekalahan Al Gore berujung sampai pengadilan dan seluruh pendekar hukum Partai Demokrat turun gunung, namun tidak berhasil menghantam kewenangan Sekretaris Negara Bagian yang Gubernurnya adalah Jeb Bush, adik sang Calon Presiden, dan Al Gore dinyatakan Pilpres Amerika Serikat kalah dengan selisih 7 (tujuh) suara di Florida.
Sementara Hillary kalah tipis dan tidak mengajukan gugutan, seperti janji kampanyenya. Dan dengan jiwa besar tampil berpidato dengan seluruh keluarga berbusana didominasi warna ungu, percampuran hijau dan merah, melambangkan persatuan kembali pasca Pilpres, cocok dengan isi pidato yang sangat berkelas.
Selama masa kampanye dalam pemilu pendahuluan sampai memenangkan konvensi dan menerima nominasi Partai Republik, George Bush junior tetap dengan standar etika yang patut sehingga tidak menimbukan sakit hati mendalam di rival-rivalnya, dan juga tidak mengedepankan agenda-agenda yang membuat warga negaranya sendiri ketakutan dan was-was, apalagi negara lain.
George Bush junior menerima nominasi sebagai Calon Presiden dari Partai Republik yang sangat solid. Tidak ada tokoh Partai Republik yang tidak mendukung kampanye George Bush junior dan hampir seluruh tokoh Partai Republik bahu membahu dalam pertarungan di Florida. Tidak ada tokoh partai yang mengkhawatirkan kebijakan-kebijakan dan agenda-agenda yang ditawarkan Goerge Bush junior akan membahayakan Amerika Serikat, akan membahayakan nilai-nilai Amerika Serikat, akan membahayakan dan mengkhawatirkan sekutu-sekutu Amerika Serikat. Tidak juga kita dengar dan baca pimpinan sekutu-sekutu Amerika secara terbuka mengkhawatirkan keterpilihan George Bush junior.
Trump, menjalani kampanye pendahuluan dengan permusuhan yang mendalam dengan rival-rivalnya sesama Partai Republik. Keluarga Bush, keluarga yang sangat dihormati kaum republik, menolak mendukung dan terlibat dalam kampanye Trump. Tidak saja karena ketersinggungan yang tidak pantas diucapkan Trump terhadap Jeb Bush saat kampanye dan debat pendahuluan, namun jauh lebih dari itu karena keluarga Bush sangat tidak sependapat dengan tema-tema yang diangkat Trump dalam kampanye yang menurut mereka akan membahayakan dan memecah belah Amerika, melanggar nilai-nilai Amerika, dan berbahaya bagi dunia.
Cukup sampai di situ? Tidak. Selama masa kampanye kepresidenan, tidak sedikit tokoh-tokoh kunci Partai Republik yang menolak mendukung Trump, dan puncaknya, teramat banyak tokoh-tokoh senior Republik yang sudah tidak punya kosa kata politik yang bisa digunakan dan memilih kosa kata vulgar menyerukan untuk memilih Capres Partai Demokrat, Hillary.
Sesuatu yang tentu menggambarkan betapa seriusnya apa yang akan dihadapi Amerika dan dunia jika Trump menjadi Presiden AS. Sangat-sangat serius, terutama bagi negara-negara muslim yang sangat dibenci Trump.
Saat Goerge Bush junior memegang komando tertinggi di ruang Oval, kekacauan amat terasa di dunia. Pasukan Amerika menghantam ke sana-kemari tanpa ampun. Dunia mencekam. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) diabaikan dan tidak berdaya menahan laju pasukan Bush. Perang dikobarkan berbasis laporan intelijen yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Irak dan Libya digempur siang malam. Saddam Husein digantung dan Israel merajalela. Dunia begitu khawatir dengan apa yang akan terjadi esok, khususnya dunia Islam.
Saya stop menulis. Tidak ada kata yang bisa saya gunakan untuk mengungkapkan apa kemungkinan yang akan dihadapi dunia empat tahun ke depan. Bahkan, Goerge Bush juniorpun mengkhawatirkan agenda-agenda yang disampaikan dan dijanjikan Trump saat kampanye.
Bahkan, sekutu-sekutu Amerika pun menyampaikan kegelisahan mereka saat Ruang Oval dikendalikan Trump.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi dunia ini dari realisasi janji-janji Trump yang sangat mengkhawatirkan itu.
Penulis adalah wartawan senior
(rm)