
IDNUSA - Hasil hitungan cepat (quick count) Pilkada DKI Jakarta 2017 dari berbagai lembaga survei menempatkan Ahok-Djarot pada posisi teratas, diikuti Anies-Sandi, dan di posisi buncit Agus-Sylvi.
Pemerhati politik dari Bimata Politika Indonesia, Panji Nugraha mengatakan kegagalan pasangan petahana Ahok-Djarot dalam memenangkan pilkada satu putaran tidak lepas dari kecermelangan program dan strategi kampanye Anies-Sandi.
Anies dan Sandi yang sebelumnya selalu berada di posisi terakhir hasil berbagai survei sukses melipatgandakan dukungan hingga hampir dua kali lipat pada perhitungan cepat yang dilakukan pada saat hari pencoblosan.
"Anies dan Sandi sukses merebut suara dari pasangan nomor satu dan dua diantaranya disebabkan begitu baiknya penampilan keduanya di ketiga debat yang dilangsungkan. Mereka mampu menjabarkan program unggulannya yang menjadi keinginan sebagian besar warga Jakarta seperti penyediaan lapangan pekerjaan, pendidikan yang tuntas hingga menolak reklamasi," jelas Panji.
Selain itu Panji memandang pendekatan revitalisasi kawasan tanpa menggusur yang ditawarkan oleh Anies-Sandi, serta besarnya dukungan para ulama juga berpengaruh besar dalam menempatkan dukungan suara pasangan yang diusung Partai Gerindra dan PKS itu hingga 40 persen.
"Di samping turun gunungnya Prabowo Subianto (ketum Gerindra) dan dukungan solid mesin Gerindra-PKS, dukungan ulama-ulama serta pendekatan program revitalisasi versus penggusuran oleh Ahok berperan besar bagi perolehan suara paslon tiga," ujarnya.
Menurut Panji, potensi untuk menang pada putaran kedua bagi Anies-Sandi sangat terbuka lebar mengingat limpahan suara dari paslon satu yang sebagian besar memastikan dukungannya pada paslon tiga, serta masih terjeratnya Ahok dengan kasus hukumnya yang masih berlanjut.
"Tapi, semua kembali lagi kepada warga Jakarta apakah menginginkan perubahan atau sudah puas dengan kepemimpinan petahana," tutupnya. (rm)