logo
×

Selasa, 18 April 2017

Alasan Brigadir Medi Mutilasi Anggota DPRD Mengejutkan! Ini Ceritanya Soal Keterlibatan Istri Korban

Alasan Brigadir Medi Mutilasi Anggota DPRD Mengejutkan! Ini Ceritanya Soal Keterlibatan Istri Korban

IDNUSA, TANJUNGKARANG - Brigadir Medi Andika, terdakwa mutilasi anggota DPRD Bandar Lampung M Pansor, membeberkan keterlibatan Umi Kalsum, istri Pansor, dalam kasus mutilasi.

Medi menyebutkan Umi menggelontorkan uang Rp 10 juta untuk memberi "pelajaran" kepada Pansor dan wanita selingkuhannya bernama Yulinar Saring.

Umi merasa malu karena perilaku Pansor yang sering menghamburkan uang kepada Yulinar, yang rumahnya tak jauh dari kediaman Pansor dan Umi.

"Kelakuan Pansor ini sudah diketahui warga kampung," kata Medi saat membacakan duplik di Pengadilan Negeri Tanjungkarang, Rabu (12/4).

Medi sebelumnya dituntut hukuman mati oleh jaksa penuntut umum, dalam kasus mutilasi terhadap Pansor.

Semua pernyataan Medi mendapat bantahan dari Umi Kalsum. "Itu semua tidak benar. Itu fitnah," kata Umi seusai persidangan.

Umi menegaskan dirinya tidak terlibat sama sekali dalam kasus pembunuhan Pansor. "Itu fitnah. Allah tidak tidur. Dia (Allah) mendengarkan doa-doa orang teraniaya," kata Umi.

Mengenai apakah akan mengambil langkah hukum terkait pernyataan Medi, Umi mengatakan, "Nanti tunggu saja."

Dalam duplik yang ditulis tangan oleh Medi disebutkan bahwa peristiwa pembunuhan Pansor bermula saat Umi beberapa kali menanyakan cara memberikan "pelajaran" kepada Yulinar.

Umi kesal karena sudah banyak uang dan harta diberikan Pansor kepada Yulinar.

Pada saat itu Medi mengaku tidak menanggapi karena tidak mau mencampuri urusan keluarga Pansor. Permintaan itu selalu diulangi Umi setiap bertemu Medi.

Satu bulan sebelum Pansor menghilang, Medi bertemu Umi di ruko Pansor. Ketika itu, tutur Medi, Umi bilang malu karena kelakuan Pansor ini sudah diketahui warga kampung.

Umi pun meminta Medi mencarikan orang yang bisa memberikan "pelajaran" kepada Pansor dan Yulinar agar mereka tidak berhubungan lagi dan Pansor kembali peduli dengan keluarga.

Atas permintaan tersebut, Medi menghubungi temannya bernama Anton. Medi mengaku kenal dengan Anton sekitar satu tahun lalu di Jakarta.

Sayangnya, Medi tidak mengungkapkan siapa sosok Anton tersebut.

Medi meminta Anton memberikan "pelajaran" kepada Pansor dan Yulinar atas perintah Umi.

Setelah itu, Medi menghubungi Umi menindaklanjuti pembicaraannya dengan Anton. Umi lalu memberikan uang Rp 10 juta dan foto Pansor serta Yulinar kepada Medi.

Seminggu kemudian, Anton menghubungi Medi menanyakan dana untuk menjalankan aksinya. Medi pun memberikan alamat rumahnya ke Anton.

Datanglah Anton bersama satu orang lainnya ke rumah Medi. Medi memberikan uang Rp 7,5 juta beserta foto dan alamat Pansor dan Yulinar.

"Anton bilang akan mempelajari dulu situasi lingkungan rumah Pansor dan Yulinar," tutur Medi.

Pada 14 April 2016, Medi menghubungi Anton memberitahu waktu pelaksanaan aksi. Medi mengutarakan, Umi memerintahkan supaya melabrak Pansor bersama Yulinar pada 15 April 2016. Karena pada hari itu, Pansor akan jalan-jalan dengan Yulinar.

Di hari 15 April 2016, Pansor ternyata hanya bertemu sebentar dengan Yulinar di Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pansor menyerahkan uang ke Yulinar pada saat itu.

Medi kemudian meminta Anton tetap pada rencana walaupun Yulinar tidak bersama-sama dengan Pansor.

"Kecelakaan"

Sekitar pukul 13.30 WIB, Medi menghubungi Pansor dan meminta bertemu di Jalan Pangeran Emir M Noer, depan Cosmo.

Medi sempat masuk ke dalam mobil Toyota Innova Pansor dan berbincang sebentar.

Pansor dan Medi lalu pergi menjemput seorang teman wanita di sebuah tempat kos. Setelah Medi turun di tempat kos itu, Anton masuk ke dalam mobil Innova tersebut. "Selanjutnya saya tidak tahu apa yang terjadi," kata Medi.

Sekitar pukul 15.00 WIB, Medi sempat menghubungi telepon Anton namun tidak diangkat.
Dua jam kemudian, Anton menghubungi Medi. Anton mengatakan terjadi 'kecelakaan' dan akan ke rumah Medi habis magrib.

Anton datang ke rumah Medi membawa mobil Innova Pansor.

"Anton bilang Pansor melakukan perlawanan sehingga dilumpuhkan dengan senjata api dan mayat Pansor ada di kardus di belakang mobil," cerita Medi.

Medi kaget dan panik. Anton kemudian meminta uang untuk melarikan diri. Medi memberikan uang Rp 2,5 juta sisa uang pemberian Umi Kalsum.

Medi akhirnya menghubungi Tarmidi (sudah divonis) dan mengajaknya membuang mayat di Martapura, OKU Timur, Sumatera Selatan.

Keesokan harinya, Umi menghubungi Medi menanyakan informasi tentang pemberian "pelajaran" kepada Pansor dan Yulinar.

Medi pun memberitahu bahwa Pansor melakukan perlawanan sehingga terjadi 'kecelakaan'. "Saya meminta maaf ke Umi dan atur rencana agar Umi tidak terbawa-bawa," terang Medi.

Pada saat itu, tutur Medi, Umi ketakutan. "Umi bilang takut dibuang oleh keluarga Pansor karena ada adiknya yang bupati. Umi juga takut diusir dari rumah Pansor," ujar Medi.

Tak lama berselang, Medi kembali dihubungi Anton yang meminta uang Rp 50 juta untuk melarikan diri.

Anton berjanji tidak akan menyeret Medi jika tertangkap polisi atas kasus pembunuhan Pansor.

Medi akhirnya memutuskan untuk menjual mobil Innova Pansor. Medi bersama Tarmidi menemui Anton di Merak, Banten. Medi menyerahkan mobil ke Anton.

Empat hari kemudian, Medi menyuruh Anton membawa mobil itu kepada Ruslin, anggota Kostrad Cijantung. Medi menjualnya seharga Rp 45 juta.

Sakit Hati

Medi mengaku punya alasan mengapa baru sekarang mengungkap keterlibatan Umi Kalsum. Ia mengaku tidak terima karena selama ini selalu dicaci maki oleh Umi dan kerabatnya.

"Saya selalu dicaci maki oleh istri Pansor, Umi Kalsum dan keluarganya, mulai dari pembacaan dakwaan hingga replik kemarin. Itu sangat menyakitkan hati saya. Saya tidak tahan lagi sehingga dalam persidangan ini saya ungkapkan sebenarnya ada peran Umi Kalsum dalam terbunuhnya Pansor," jelas Medi.

Medi mengaku sebelumnya ingin menyimpan rahasia ini dan siap menanggung hukumannya.

"Akan tetapi karena ada orang-orang yang tahu penyebab kematian dan tahu siapa pelaku sebenarnya, tapi selalu menghakimi saya sebagai pelakunya, itu sangat menyakitkan sekali dan menyinggung perasaan saya," ucapnya.

"Saya mengungkapkan hal ini bukan karena saya takut untuk menerima hukuman atas apa yang saya lakukan dan bukan fitnah untuk mencari sensasi," ucapnya. (tn)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: