
NUSANEWS, JAKARTA - Pemerintah Jokowi-JK menyiapkan anggaran Rp 16 triliun untuk mensubsidi tarif Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek). Dana subsidi tersebut akan dikucurkan dalam 12 tahun, sehingga tarif LRT tidak terlalu mahal.
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi mengatakan, dengan adanya subsidi tersebut, maka ongkos LRT nantinya sekitar Rp 12.000 saja.
"Subsidinya kira-kira Rp 16 triliun dalam 12 tahun," kata Budi, di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Senin (31/7).
Meski demikian, pengucuran subsidi tersebut bersifat fluktuatif atau bisa naik dan turun mengikuti pertumbuhan jumlah penumpang. Subsidi itu akan turun apabila jumlah penumpang naik. Bahkan subsidi akan hilang apabila itu dimungkinkan.
"Begitu pertumbuhan penumpang 5 sampai 7 persen, maka subsidi akan turun," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menghadiri rapat koordinasi (rakor) di Gedung Kementerian Koordinator Kemaritiman, Jakarta Pusat, Senin (31/7). Rakor tersebut membahas proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek).
Menteri Budi mengungkapkan dalam rakor tersebut dibahas juga tarif LRT yang akan dikenakan. Tarif tersebut diberlakukan berdasarkan hasil perhitungan ideal dan pemberian subsidi. "Dari angka itu terlihat memang ada suatu asumsi yang cukup realistis, dan tarif Rp 12.000, ada semacam subsidi tapi wajar," ungkapnya.
Harga tiket LRT, lanjutnya, juga bisa lebih efisien jika swasta dilibatkan dalam pembangunan Transit Oriented Development (TOD). "Ada harapan dalam diskusi, kita juga memikirkan agar swasta dilibatkan lebih banyak, sehingga TOD-TOD itu akan dibuat semacam lelang kepada swasta. Tidak dikerjakan oleh KAI," tutupnya. (mdk)