logo
×

Senin, 09 April 2018

Revolusi Mental dan Kehendak Rakyat dalam Pidato Jokowi

Revolusi Mental dan Kehendak Rakyat dalam Pidato Jokowi

Oleh : Yudi Syamhudi Suyuti*

Melalui tulisan ini, saya ingin menyoroti masalah Rakyat yang dibahas dalam pidato Jokowi didepan relawannya beberapa waktu lalu. Yaitu soal revolusi mental dan kehendak Rakyat.

Jokowi berteriak keras soal revolusi mental, meminta Rakyat jangan malas, meminta kerja keras dan militan lalu akan keluar tenaga dalam. Revolusi mental bukan jargon katanya.

Jokowi memotivasi Rakyat dengan “Jarkoni.” Sebuah istilah Jawa yang kepanjangannya “Iso Ngajar, Ora Iso Ngelakoni (Bisa Ngajar Tapi Tidak Bisa Menjalankan)”.

Jokowi memberikan wejangan kepada Rakyat Banyak, sementara yang dia lakukan ke Rakyat hanya sedikit sekali. Bisa dibilang justru banyak merugikan Rakyatnya. Seperti hutang, pajak yang dipungut dari mana-mana, harga-harga melambung tinggi hingga ancaman masuk penjara untuk Rakyat yang mengkritiknya. Tidak pandang lelaki, perempuan, tua, muda, kakek hingga nenek.

Di pidato tersebut, jadi terbalik. Jokowi kok mengkritisi Rakyatnya, seolah berhadapan dengan lawan politiknya. Mungkin Jokowi saat ini melihat Rakyat Banyak mulai tidak percaya, meninggalkan dan tidak mau memilihnya kembali.

Revolusi Mental yang dibawa Jokowi ini juga tidak jelas. Katanya bukan jargon tapi apa dampaknya. Padahal Puan Maharani, menterinya yang memegang kendali program Revolusi Mental di danai Rakyat ratusan milyard di Kementeriannya. Tapi hasilnya, malah berita soal dugaan keterlibatannya korupsi e ktp. Dan ini dugaan sebelum menjadi menteri, selagi masih jadi anggota DPR RI.

Lalu ketika jadi menteri, justru pernyataan yang meminta Rakyat untuk diet karena beras mahal.

Jokowi minta Rakyat kerja militan supaya keluar tenaga dalam sebagai manifestasi Revolusi Mental. Tapi justru Rakyat dibuat masuk angin, karena makan saja susah.

Jokowi gagal menempatkan Rakyat sebagai pemilik Negara, sekaligus sebagai kekuatan fundamental seluruh bidang pembangunannya.

Justru dalam pemerintahan Jokowi, kekuatan Rakyat digerogoti. Hal ini terlihat dari indeks persepsi korupsi yang naik setiap tahun. Dan kesenjangan ekonomi dan sosial yang begitu tajam di tengah-tengah kehidupan Rakyat, antara kelompok kaya dan miskin.

Seharusnya program Revolusi Mental bisa mendorong penguatan Rakyat, akan tetapi nyatanya hanya jargon.

Jokowi juga gagal paham dengan yang dilakukan Rakyat saat sekarang. Saat ini justru Rakyat bekerja militan dan kuat sampai keluar tenaga dalamnya untuk Ganti Presiden di 2019. Ganti Presiden-Ganti Jokowi.

Rakyat disini tidak dibayar, tidak berharap fasilitas dari pemerintah dan bergotong royong untuk mendorong bahkan membiayai Presiden Baru. Karena dengan membiayai politik untuk Ganti Presiden, berarti Rakyat bisa sungguh-sungguh memiliki saham mayoritas dalam politik dan pemerintahan berikut.

Inilah kehendak Rakyat saat ini. Kehendak Rakyat untuk Ganti Presiden 2019. Ganti Jokowi. (*)

*Penulis adalah Ketua Presidium Musyawarah Rakyat Indonesia

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: