
NUSANEWS - Presiden Suriah Bashar Assad mengatakan bahwa prioritas rezimnya akan merebut kembali provinsi Idlib yang saat ini didominasi oleh oposisi.
“Sekarang Idlib adalah tujuan kami, tetapi tidak hanya Idlib,” kata Assad kepada Newswires Rusia, Kamis (26/07/2018).
“Tentu saja ada wilayah di bagian timur Suriah yang dikendalikan oleh berbagai kelompok. Jadi kita akan pindah ke semua wilayah ini,” imbuhnya.
“Militer -sesuai pertimbangan mereka – akan memutuskan prioritas dan Idlib adalah salah satu prioritas ini,” katanya.
“Sekarang kami telah membebaskan Ghouta, kami akan menyelesaikan pembebasan bagian barat daya Suriah,” kata Assad sesumbar.
Pasukan rezim Suriah melancarkan serangan bulan lalu dengan dukungan pesawat Rusia untuk merebut kembali wilayah selatan Suriah, termasuk provinsi Daraa dan Quneitra.
Rusia, Turki, dan Iran telah mengadakan pembicaraan di bawah proses perdamaian Astana yang diluncurkan tahun lalu dan sepakat membuat empat zona “de-eskalasi” untuk membuka jalan bagi gencatan senjata nasional.
Idlib adalah salah satunya. Daerah itu berbatasan dengan Turki ke barat laut, sementara hampir seluruhnya dikelilingi oleh wilayah rezim.
Idlib menjadi tempat berlabuh banyak pejuang dan keluarga mereka yang dievakuasi dari daerah lain. Dengan kesepakatan yang dibuat Rusia, setelah ditinggal pejuang, daerah-daerah itu diberikan kepada rezim Assad.
Menurut PBB, penduduk Idlib saat ini mencapai 2,5 juta, setengah dari mereka mengungsi.
Dalam wawancara yang sama, Assad mengatakan pekerja penyelamat dari kelompok White Helmets akan dibunuh jika tidak menyerahkan diri. Dia mengatakan relawan White Helmets adalah pelindung kelompok pejuang.
“Mereka bisa meletakkan senjata mereka sebagai bagian dari amnesti yang berlangsung selama empat atau lima tahun, atau mereka akan dilikuidasi seperti teroris lainnya,” kata Assad.
Assad kemudian mengimbau para pengungsi Suriah, terutama mereka yang memiliki bisnis sendiri di negara itu untuk kembali. “Kembalinya pengungsi ke Suriah adalah masalah utama yang sedang dibahas antara Damaskus dan Moskow,” katanya.
Assad mengatakan pasukan Rusia dibutuhkan di negara itu dalam jangka panjang dan lebih dari sekadar memerangi terorisme.
“Angkatan bersenjata Rusia diperlukan untuk keseimbangan di kawasan kami, setidaknya di Timur Tengah, sampai keseimbangan politik global berubah. Dan ini mungkin tidak terjadi, kita tidak tahu. Jadi itu penting dan perlu,” kata kantor berita Interfax mengutip Assad.
Dia mengatakan kesepakatan Suriah dengan Rusia atas pangkalan militer Hmeimim selama lebih dari 40 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua negara bersifat jangka panjang.
SUMBER