logo
×

Sabtu, 11 Agustus 2018

Kisah Unik Ibu Tien Soeharto, 12 Bulan di dalam Kandungan, Begini Ceritanya

Kisah Unik Ibu Tien Soeharto, 12 Bulan di dalam Kandungan, Begini Ceritanya

NUSANEWS - SOSOK Raden Ayu Siti Hartinah atau yang lebih dikenal dengan nama Ibu Tien Soeharto memegang peranan penting dalam perjalanan karir presiden RI ke-2, Jenderal Besar (Purnawirawan) Soeharto.

Wanita kelahiran Surakarta, 23 Agustus 1923 tersebut lahir dari pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo.

Mungkin, tidak banyak yang tahu bahwa ada kisah unik di balik kelahiran istri penguasa orde baru itu.

Salah satu putrinya, Siti Hardiyanti Rukmana atau Mbak Tutut mencoba untuk menyingkap tabir tentang sosok perempuan idola keluarga Cendana tersebut.

Seperti biasa, Mbak Tutut mengisahkannya dalam laman pribadinya tututsoeharto.id menjelang waktu subuh tepatnya pada Jumat (10/8/2018) pukul 03.00 WIB dini hari.

"Sebelum saya bercerita, saya mohon maaf, karena hampir seluruh pembicaraan, kami lakukan dalam bahasa Jawa. Untuk memudahkan mengikuti alur cerita, saya langsung terjemahkan dalam bahasa Indonesia," ujar Mbak Tutut.

Suatu hari saat dirinya bersama ibundanya, Tien Soeharto dan neneknya yang biasa dipanggil eyang putri tengah bersantai sambil membaca koran, tiba-tiba Mbak Tutut terkejut karena sebuah berita yang dianggapnya unik dan agak berbeda.

“Bu, ini ada berita, seorang ibu hamil 10 bulan lebih, anaknya baru lahir. Apa nggak berat ya bu?” tanya Mbak Tutut.

“Apa iya tho wuk. Biasanya, kalau sudah sembilan bulan, ngga lahir-lahir, kan dokter langsung ambil tindakan operasi Caesar,” jawab Tien Soeharto.

“Mungkin ini karena di desa bu, jadi ya nunggu sampai si bayi keluar,” kata Mbak Tutut memberi argumentasi.

Eyang putrinya yang tadinya hanya diam mendengarkan, tiba-tiba memotong pembicaraan Mbak Tutut dan Tien Soeharto.

“10 bulan lebih itu masih sebentar wuk. Ibumu itu, tidak mau keluar-keluar, betah di perut eyang," ucap eyang putri Mbak Tutut.

“Betah kados pundi (bagaimana) tho eyang. Apa eyang mengandung ibu 11 bulan?" Mbak Tutut memotong pembicaraan eyangnya dengan sedikit bingung dan sok tahu menebak-nebak.

Di luar dugaan, eyang putrinya ternyata menjawab lain.

“Wooo luwih (lebih) wuk. Ibumu itu tinggal di perut eyang 12 bulan. Pas satu tahun, baru mau keluar dari perut eyang."

“Subhanallah. Betul itu eyang satu tahun? Iya bu betul cerita eyang?” Mbak Tutut terheran mendengar cerita eyang putrinya.

Ibunya, Tien Soeharto sambil bercanda kemudian menjawab pertanyaan tersebut.

“Yo ora ngerti (tidak mengerti) ibu, wong lagi enak-enak nglingker di padarannya (di perut) eyang, didawuhi (disuruh) metu (keluar) sama eyang.” Demikian jawab Tien Soeharto.

"Wong ibumu keenakan bobok di perut eyang, kemana-mana digendong, dadi (jadi) wegah (males) metu (keluar)," timpal eyang putrinya.

“Eyang, pada saat itu apa tidak rame beritanya, eyang mengandung sampai 12 bulan?” Mbak Tutut bertanya lagi dengan penasaran.

“Ya ramai wuk, akhirnya ada yang menyarankan pada eyang, supaya eyang dibawa ke kandang kambing, karena kan kambing 12 bulan baru melahirkan. Jadi oleh eyang kakung dibawa ke kandang kambing sebentar."

"Kandang kambing nya itu seperti rumah panggung, tapi pendek, jadi ada undak-undakan (tangga) nya. Eyang didawuhi (disuruh) eyang kakung duduk di situ. Setelah beberapa saat, eyang diajak pulang eyang kakung,” eyang Mbak Tutut menjelaskan.

“Lajeng kados pundi eyang (lalu bagaimana eyang)?" tanya Mbak Tutut semakin penasaran.

“Alhamdulillah, kersaning Gusti Allah (karena kehendak Allah), besoknya ibumu lahir, sudah agak besar, tidak seperti bayi baru lahir. Minum susune akeh banget," jawab eyang putri.

“Setelah dewasa, mungkin, karena harus dibawa ke luar rumah sebelum lahir, ibumu itu tidak betah tinggal di rumah lama-lama. Gaweanne (kerjaannya) seneng mbantu temen-temennya, jadi sukarelawan kesehatan di medan perang, jadi anggota Palang Merah Indonesia. Pokoke kegiatan di luar rumah yang banyak sosialnya. Ibumu disayang oleh kawan-kawannya,” lanjut penjelasan eyang putri.

Mendengar penuturan seperti itu Mbak Tutut kagum dan bangga pada ibunya. Menurutnya, sejak sang ibu dalam perut eyang putri, ibunya itu sudah diberi keunikan tersendiri. Demikian pula dengan eyang putrinya yang begitu sabar menanti kelahiran Tien Soeharto hingga 12 bulan lamanya.

Dalam perjalanan hidupnya kemudian, Tien Soeharto selain sebagai Ibu negara, juga banyak melahirkan karya pengabdiannya sendiri.

Ia mendirikan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), membangun Perpustakaan Nasional yang pertama, membangun Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, membangun Rumah Sakit Jantung, membangun RS Kanker, membangun Taman Buah Mekar Sari, membangun yayasan sosial untuk penanganan bencana, dan masih banyak lagi.

“Ibu bukan hanya pendamping Bapak. Tapi juga berkarya untuk bangsanya. Ibu, kami sangat bangga mempunyai ibu seperti ibu, yang selalu memikirkan keluarga, masyarakat dan bangsanya. Ibu baktikan seluruh gagasan ibu, untuk menyenangkan orang lain, kadang ibu lupa untuk diri ibu sendiri."

"Bahagialah ibu selalu bersama bapak diatas sana. Doa kami selalu menyertaimu," ujar Mbak Tutut mengakhiri ceritanya. (M15)

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: