
NUSANEWS - Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang ke-empat atau disebut juga Industri 4.0. Era ini ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet (internet of things).
Melalui implementasi Industri 4.0, diharapkan proses produksi manufaktur menjadi semakin efisien, sehingga terjadi peningkatan produktivitas dan daya saing.
Indonesia sendiri memiliki komitmen untuk implementasi Industri 4.0 yakni melalui peta jalan "Making Indonesia 4.0" yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 4 April 2018.
Menurut Jokowi makna dari peta jalan itu sendiri memiliki arti membangun kembali perindustrian Indonesia ke era baru pada revolusi industri keempat dan merevitalisasi industri nasional secara menyeluruh serta peningkatan produktivitas dengan adopsi teknologi dan inovasi, serta mewujudkan pembukaan lapangan kerja baru sebanyak 10 juta orang pada tahun 2030.
"Harapannya dengan implementasi Industri 4.0 ini Indonesia dapat mencapai Top Ten (10 besar) ekonomi global pada tahun 2030, melalui peningkatan angka ekspor netto kita kembalikan sebesar 10% dari PDB," ungkap Jokowi.
Sementara itu menindaklanjuti peta jalan Industri 4.0, Kementerian Perindustrian telah menetapkan lima sektor manufaktur yang akan diprioritaskan pengembangannya. Lima sektor tersebut yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, serta kimia.
"Selama ini, dari lima sektor industri itu mampu memberikan kontribusi sebesar 70% untuk PDB industri, kemudian menyumbang 65% terhadap total ekspor, dan 60% tenaga kerja industri ada di lima sektor tersebut," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, dalam keterangan tertulis, Selasa (25/9/2018).
Menurutnya, kinerja lima sekor industri tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional di mana pertumbuhan PBD diharapkan meningkat hingga 2%.
"Pertumbuhan PDB diharapkan bertambah 1-2 persen. Jadi, kalau saat ini rata-rata 5% bisa menjadi 6-7%. Kemudian, dengan capaian itu, penciptaan lapangan kerja naik 30%, dan kontribusi industri di angka 25%," lanjutnya.
Sedangkan untuk mencapai target pada tahun 2030 pemerintah telah menetapkan 10 langkah prioritas nasional yang diyakini dapat mempercepat pengembangan industri manufaktur nasional agar lebih berdaya saing global.
Kesepuluh inisiatif tersebut yaitu:
1. Perbaikan alur aliran barang dan material melalui pengembangan industri hulu.
2. Mendesain ulang zona industri di seluruh wilayah Indonesia dengan menyelaraskan peta jalan sektor-sektor industri yang menjadi fokus prioritas.
3. Mengakomodasi standar-standar keberlanjutan untuk peluang industri di masa depan, seperti yang berbasis teknologi bersih, tenaga listrik, biokimia, dan energi terbarukan.
4. Memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melalui teknologi antara lain fasilitasi platform e-commerce.
5. Membangun infrastruktur digital nasional, termasuk jaringan internet kecepatan tinggi, cloud, data center, security management dan infrastruktur broadband.
6. Menarik minat investasi asing untuk mendorong transfer teknologi dan perluasan pasar.
7. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui penyesuaian kurikulum pendidikan dan meningkatkan kualitas sekolah kejuruan (vokasi).
8. Pembangunan ekosistem inovasi melalui pengembangan pusat litbang dan desain.
9. Insentif bidang investasi teknologi untuk mendorong adopsi teknologi maju.
10. Harmonisasi aturan dan kebijakan untuk mendukung daya saing industri yang konsisten dan ramah bagi iklim investasi.
SUMBER