
NUSANEWS - Gempa dan tsunami Palu Sulawesi Tengah membuat paranormal kondang Mbah Mijan angkat bicara.
Mbah Mijan mengungkit kebiasannya meramalkan bencana alam. Ia mengatakan, dulu dia rajin membuat ramalan bencana melalui media sosial Twitter. Namun kebiasaan itu sudah tidak dilakukannya lagi.
“Dulu saya ceriwis sekali di twitter soal “Prediksi Bencana Alam”, sekarang tidak lagi, dulu saya berpikir, untuk warning saja,” ungkit Mbah Mijan di akun Twitter pribadinya, Sabtu (29/9/2018).
Menurutnya, bencana alam memang tidak bisa ditentukan waktu tepatnya karena rahasia Illahi. Namun banyak orang lupa bahwa Indonesia rawan bencana.
“Dulu saya menilai, masyarakat kita sering lalai akan bahaya banjir bandang, gempa, tanah longsor, gunung meletus, hingga tsunami. Kita akan bereaksi begini dan begitu tapi setelah sudah terjadi, persiapan dan informasi masih sebatas “kabar” tanpa konsistensi,” tambah Mbah Mijan.
Ia menilai, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengabaikan penyuluhan dan peringatan. Padahal Indonesia memang rawan bencana.
Mbah Mijan mengaku tidak menggunakan jin untuk membantu mempresidiksi dan meramalkan bencana alam yang bakal terjadi di masa yang akan datang. Ia hanya melakukan analisa berdasarkan data.
“Analisa yang saya lakukan juga tidak bermaksud untuk menakuti, tapi lebih ke warning! saya sering menganalisa by data, bukan jin,” tambahnya.
Ia mengaku pernah mengatakan bahwa Allah SWT maha luar biasa, tubuh manusia akan sakit saja, pasti diberi tanda berupa gejala.
“Tanda-tanda alam termasuk insting hewan dan berbagai kejadian, sering jadi rujukan saya untuk memprediksi gejolak laut dan bumi, tidak semata-mata via ghaib,” imbuhnya.
Menurut Mbah Mijan, semua orang mewarisi Ilmu Titen dari leluhur. Ilmu ini bukan klenik atau ghaib. Ilmu ini membahas tentang tanda-tanda alam dan insting hewan.
Misalnya, mengapa binatang buas turun gunung, mengapa paus terdampar dan mengapa-mengapa yang lain, semua adalah tanda yang bisa dianalisa.
“Semua yang terjadi memang kehendakNya, tapi Allah maha adil dan maha pengasih, diberilah tanda terlebih dulu sebelum terjadi,” bebernya.
“Mengapa tanda itu muncul lebih dulu, agar kita selalu waspada karena pada dasarnya bencana alam tidak menyebabkan kematian, tapi hanya kerusakan,” lanjutnya.
Lebih jauh Mbah Mijan menjelaskan, gempa bumi, banjir bandang, tidak langsung membunuh manusia, tapi menghancurkan gedung atau benda di sekitarnya.
Itulah pentingnya manusia melek tentang peringatan dini supaya lebih banyak yang selamat daripada tertimpa bangunan.
“Wacana tentang rumah anti gempa wajib konsisten dan harus bisa diwujudkan. Untuk menggapai semua itu, rumusnya saling bahu membahu,” katanya.
“Perubahan itu tidak bisa diwujudkan oleh perorangan atau instansi saja, tapi tanggung jawab kita semua, gotong royong saiyeg saeka praya,” tandas Mba Mijan.
SUMBER