logo
×

Senin, 15 Oktober 2018

Bawaslu: Kampanye Negatif Tetap Ujaran Kebencian

Bawaslu: Kampanye Negatif Tetap Ujaran Kebencian

NUSANEWS - Anggota Bawaslu Fritz Edward Siregar menegaskan pihaknya tak pernah menginstruksikan peserta pemilu melakukan kampanye bermuatan negatif (negative campaign). Hal ini untuk merespons pernyataan Presiden PKS Sohibul Iman yang membolehkan kadernya menyerang kubu lawan dengan kampanye negatif.

"Tidak pernah ada negatif seperti itu. Dasarnya apa? Kami tidak pernah seperti itu. Negative campaign tetap ujaran kebencian, jadi enggak ada positif dan negatif," ujar Fritz kepada kumparan, Senin (15/10).

Fritz lalu merujuk Pasal 280 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Pasal itu mengatur tentang larangan pelaksana, peserta, dan tim kampanye Pemilu yang mempersoalkan dasar negara, UUD 1945, menghina dalam hal SARA, hingga menghasut serta mengadu domba perseorangan ataupun masyarakat.

Adapun, kampanye negatif yang dimaksud Sohibul, bertujuan untuk mengangkat kelemahat lawan berdasarkan pada fakta-fakta yang ada, bukan fitnah seperti dalam kampanye hitam atau black campaign.

"Kembali ke masing-masing calon presiden, tetap, dalam Pasal 280 bisa dilihat, 'kan, diatur, larangan apa saja yang tidak boleh, mari kita patuhi, itu saja. Diatur oleh UU, Peraturan KPU, dan Bawaslu," tutur Fritz.


Saat ditanya apakah ada sanksi atau teguran dari Bawaslu mengenai kampanye negatif, Fritz hanya meminta seluruh pihak mematuhi aturan yang sudah ditetapkan. "Ini 'kan adalah tanggung jawab setiap orang, patuh terhadap peraturan perundang-undangan, itu saja," tegasnya.

Pernyataan Sohibul itu sebelumnya dilontarkan dalam konsolidasi PKS yang digelar di Hotel Bumi Wiyata Depok, Minggu (14/10). Di hadapan para kader, Sohibul tak mempermasalahkan jika ada sisi negatif kubu lawan yang diungkapkan ke publik selama masa kampanye.


"Silahkan antum melakukan positive campaign-nya 80 persen, masuk ke negative campaign 20 persen. Itu boleh. Sebab publik harus tahu calon ini apa kelemahannya," kata Sohibul.

"Catatan berikutnya adalah, memang masyarakat memiliki persepsi dan tradisi tertentu dalam menyikapi pemilu. Ada yang buruk dan positif. Sehingga, kita jangan pernah menyerah pada kebiasaan buruk masyarakat," pungkasnya.


SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: