logo
×

Minggu, 14 Oktober 2018

Pernahkah Terpikir Bagaimana Saat Kita Mati Nanti?

Pernahkah Terpikir Bagaimana Saat Kita Mati Nanti?

NUSANEWS - Manusia itu menyukai kesenangan sesaat. Dunia ini hanya sesaat. Tidak abadi.
Itu realita kita. Maka terjadilah Ada yang menjual agamanya unutk kehidupan dunia…ada yang menjual ayat-ayat اَللهُ ta’ala unutk kehidupan dunia…ada yang menjual kedudukannya sebagai orang yang dihormati dalam agama…hanya untuk kehidupan dunia…menjual nilai-nilai moral dalam agamanya untuk kehidupan dunia…dia jual nama ummmat untuk kehidupan dunia. Mengadakan yang tiada, meniadakan yang ada.

Hukum dibuat rancu…menjadikan yang benar itu salah, dan yang tak dibiarkan tanpa kesadaran.

Dia singkirkan orang-orang yang ikhlas…orang-orang jujur, orang-orang yang cinta Allah, cinta ummat, cinta ulama…hanya untuk baltuhibbu na ‘ajilah. Dia bur konspirasi dia jual nama baik negaranya بَلْ تُحِبُّونَ ٱلْعَاجِلَةَ (bahkan kamu mencintai kehidupan dunia).
(Al Qiyamah : 20)
Ini karena cinta pada yang instant.

“Emang, berapa lama kamu duduk di kekuasaan itu? Itupun kalau kamu bisa mendapat kekuasaan.”

Kamu suka yang instan…padahal ada yang lebih besar, yang lebih real…

وَتَذَرُونَ ٱلْءَاخِرَةَ

(dan mengorbankan kehidupan akhirat)
QS Al Qiyamah : 21

Itulah yang real, yang kekal yang lama yang tak ada putus-putusnya, yang tak ada habis-habisnya…kamu tinggalkan itu?

Itulah kata Al quran tentang manusia ini.

Al quran itu memberikan gambaran-gambaran tentang manusia ini.

Kamu tau nggak kalau di akhirat nanti kamu tidak ada kekhawatiran? …

Al-Qiyamah :22

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ

Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu, berseri-seri

Al-Qiyamah :23

إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Memandang Tuhannya.

Al-Qiyamah :24

وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍۭ بَاسِرَةٌ

Dan wajah-wajah, orang kafir saat itu muram.

Niy kalau di akhirat nanti akan ketahuan ….akan kelihatan…akan nampak nanti…ada orang yang wajahnya cerah ceria…senyum…bercahaya…mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang diridhoi…dan itu ada.

Kenapa wajah mereka bercahaya… Karena di dunianya mereka mengejar keridhoan اَللهُ….mencari perhatian dari اَللهُ, maka, di akhirat nanti wajah mereka bercahaya.

Tapi ada orang yang sebaliknya…wajahnya kusut, kusam, kelam…bingung…blingsatan,ketakutan,…tidak bahagia. Kenapa wajah mereka ketakutan meraka ada kekacauan…karena dia tau apa yang bakal dia dapatkan.

Al-Qiyamah :25

تَظُنُّ أَن يُفْعَلَ بِهَا فَاقِرَةٌ

Mereka yakin bahwa akan ditimpakan kepadanya malapetaka yang sangat dahsyat.

Ada banyak keterlantaran dalam dirinya waktu dia hidup di dunia, ada banyak keteledoran waktu dia hidup di dunia…ada banyak kegiatan yang sia-sia…saat dia hidup di dunia dulu, maka sekarang dia tau bahwa itu resiko yang harus diterimanya.

Kita tidak usah dulu melihat keadaaan di alam akhirat. Hari ini saja bisa kita lihat, ketika seseorang itu penuh dosa, lalu dia terkapar menunggu mautnya, coba perhatikan wajahnya…bisa kita lihat dari wajahnya bagaimana keadaan dia. Di mukanya…di penampilannya…nampak penyesalan-penyesalan yang luar biasa pada dirinya.

Hanya dia tidak mungkin kembali lagi…sudah terkapar… Dulu mungkin bagaimana kelakuannya…bagaimana standar hidupnya…tak pernah berpikir untuk baik…tak pernah ingin jadi orang baik…bagaimana mungkin wajahnya tersenyum?

Banyak contoh. Bisa saja terjadi di keluarga, saudara kita, tetangga kita, kawan kita.
Lihat!! Dan itu, baru di dunia…belum di khirat. Akhirat cerita yang berbeda.

Al-Qiyamah :26

كَلَّآ إِذَا بَلَغَتِ ٱلتَّرَاقِىَ

Tidak! Apabila nyawa sudah sampai di tenggorokan.

Di ayat itu, Allah mengatakan, inilah detik-detik kematiannya. Sebelum sampai ke alam barzakh  (برزخ) dan alam akhirat (الآخرة) tadi,

Kalau sudah masanya, kata اَللهُ nanti, nafa sudah di tenggorokan, itu masa nyawa akan keluar.

Waktu itu, anak, saudara, keluarga, teman, tetangga…berusaha menahan kita sambil menangisi kita, berusaha untuk jangan sampai terjadi…terus…terus menahan…ada yang me”yasin”kan, mentahlilkan, dan segala macam.

Posisi saat itu sudah hampir tiba saat kematian, siapa yang bisa menolong? Meski diinfus sana di infus sini pasang segala alat, tetap saja…
Al-Qiyamah :27

وَقِيلَ مَنْۜ رَاقٍ

Dan katakan (kepadanya),”Siapa yang dapat menyembuhkan?”

Pada saat itu, dia yang punya badan, dia yang punya diri, dia yang punya nafas, dia menyadari dunia ini cuma sementara saja….mau tidak mau harus berpisah dengan dunia ini, apapun usaha anak, keluarga, istri/suami, tetangga, siapapun…apapun usaha mereka untuk menahan…nyawa itu tidak bisa bertahan. Al-Qiyamah :28

وَظَنَّ أَنَّهُ ٱلْفِرَاقُ

Dan dia yakin bahwa itulah waktu perpisahan (dengan dunia)

Siapa yang bisa menahan? Itu detik-detik yang sangat sensitif.

Kita diperintahkan oleh Rosululloh untuk mendatangi saat-saat, detik-detik sensitif itu.

Datangi orang-orang yang dalam keadaan sakit, datangi orang-orang yang sedang sakrotul maut, datangi orang-orang yang akan meninggalkan dunia ini.

Lihat, dan bayangkan saat kalau dia adalah kita. Untuk mempelajari diri kita ini siapa.

Kalau dia baik kita bisa contoh dia, kalau dia buruk kita bisa lihat apakah kita akan seperti itu, atau malah sebaliknya dia baik, kita buruk. Jadikan pelajaran.

Tapi selama ini banyak kesalahan di masyarakat kita. Saat mendatangi orang-orang dalam keadaan sakratul maut, banyak yang salah sikap.

Dia pikir dia datang hanya untuk k mengucapkan belasungkawa saja.
Dia tidak tau saat itu Allah sedang memberi pelajaran untuknya. Dia datang hanya bagaikan orang yang mengucapkan selamat kematian saja. Sesudahnya, tidak ada pelajaran yang dia dapatkan.

Datang, bersalaman, mengucapkan belasungkawa, lalu masukkan duit ke kotak sumbangan…sudah begitu saja.

Dia tidak mengambil pelajaran…tidak mengambil ibroh.

Di masyarakat yang berlaku ya seperti itu.

Ketika melihat yang sakit dia tidak mengambil pelajaran, ketika sedang melihat yang sakaraotul maut, dia tidak mengambil pelajaran, ketika mayit diantar ke kubur pun dia tidak mengambil pelajaran.

Jadi kapan hati ini bisa lembut?

Semua posisi itu posisi yang sangat genting. Sensitif. Tapi semua posisi itu tidak membuat dia berubah karena dia tidak mengerti…dia tidak menggunakan hatinya untuk mengambil pelajaran.

Pada saat mendatangi orang yang ditimpa kematian keluarganya, dia cuma mengucapkan sabar ya…sabar ya…sabar ya…

Itulah yang terjadi, kebanyakan kita mendatangi tempat kematian, hanya mengucapkan salam, lalu ke dapur memasukkan uang ke wadah sumbangan yang ditutupi serbet. Sudah begitu saja.

Tidak mengambil pelajaran dengan peristiwa yang terjadi. Dia pikir mayit itu butuh duitnya. Mayit tidak membutuhkan duit dia lagi. Tidak membutuhkan ucapan belasungkawa dia yang sama saja dengan orang mengucapkan selamat ulang tahun dengan begitu mudahnya terucap.
(Memang betul, sumbangan itu untuk membantu keluarga yang ditinggalkan, untuk biaya ini dan itu.)

Tapi dia tidak mengambil pelajaran dari orang yang terkapar itu.

Mungkin dia datang lalu melihat yang membaca yasin, dia Ikut membaca yasin, untuk dapatkan pahala bagi yang mati dan sebagainya.

“Tapi kamu tau nggak…kamu bakal di posisi itu!”

Ada lagi yang lebih parah, membacakan yasin menghatamkan al quran, dengan tarif sekali baca sekian juta.

Itu yang dikejar. Bukannya mengambil pelajaran dari apa yang terjadi. Dan اَللهُ sudah memberi tahu gambarannya, detail seperti ini, QS Al Qiyamah : 26.

Orang menahan-nahan nyawa itu keluar dan dia sendiri lihat mau ga mau nyawa itu harus keluar, dia tau dia bakal keluar, lalu saat nyawa itu keluar, semua orang melipatkan tangan si mayit, itulah artinya…sudah selesai.

Kalau sudah melipat tangannya diapain lagi? Dimandiin.

Saat ikut memandikannya pun masih tidak mengambil pelajaran. Banyak yang memandikan tapi dia tidak sadar kalau dia bakal dimandikan. Lalu dikafani, diberi minyakwangi, disholatkan.
Masih belum paham juga?

Perhatikan setiap ada mayit yang dimandikan, dikaafani, kemudian disholatkan, bahkan ketika mau dimasukkan ke liang lahat pun kebanyakan orang seperti biasa saja.

Padahal ini perkara besar. Ini sudah sampai antara alam dunia dan alam akhirat.

Saat mayit itu digotong, dia tidak tau di dalam keranda itu gimana situasinya.

Bagi orang yang baik ingin segera disampaikan ke tempatnya, di kuburnya. Yang tidak baik yang tidak sholeh/sholehah, yang tidak kenal اَللهُ berkata,”Mau dibawa ke mana aku…mau dibawa kemana aku….???” Menjerit-jerit…yang memanggulnya, tak mendengar itu.

Dia menjerit karena dia tahu ngapain dia bakal di sana nanti. Yang membawa tenang-tenang saja, ada yang sambil merokok pula.

Kita harus berubah…tak lama lagi waktu kita.
Al-Qiyamah :30

إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ ٱلْمَسَاقُ

Kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau.

Pada saat itu sudah ketahuan kemana kita dibawa.

Di kuburan itu uma bandan kita doank. Karena memang harus diletakkan di situ, tak mungkin disimpan di hotel, tak mungkin tetap disimpan di rumah.

Saat itu menuju اَللهُ. Bukan cuma mampir di bumi. Yang nempel di bumi itu, cuma badan kita. Kita digiring menuju اَللهُ.

Yang aman kalau اَللهُ ridho. Ada yang di giring tapi, اَللهُ benci melihatnya. Malaikat juga benci…dia penuh bau…

Al-Fajr :27

يَٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ

Wahai jiwa yang tenang!

Al-Fajr :28

ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoiNya

Saat kita dibawa menuju اَللهُ …digiring dan menebar wangi…malaikat semua memuji kita, dan bertanya,”Punya siapa ini…?” Itulah orang yang baik.

Apa yang terjadi bagi orang yang berbuat buruk? Ketika dibawa ke atas, malaikatpun membenci baunya…”Ruh siapa ini?…Bau banget!!”

Tapi kita tidak bisa melihat kan? Yah sudah…

Ada sekelompok manusia bisa membawa dirinya menuju kesempatan berbuat baik. Dia berbuat baik untuk dirinya bisa juga berbuat baik untuk orang lain.

Tapi ada juga manusia yang tak mau tau, pokoknya semua kebenaran baginya harus sesuai dengan dirinya. Dan dia tidak bisa menjaga hubungan baik dengan اَللهُ.
Al-Qiyamah :31

فَلَا صَدَّقَ وَلَا صَلَّىٰ

Karena dia (dahulu) tidak mau membenarkan (Al Qur’an dan Rosul) dan tidak mau melaksanakan sholat.

Al-Qiyamah :32

وَلَٰكِن كَذَّبَ وَتَوَلَّىٰ

Tetapi justru dia mendustakan (Rosul) dan berpaling (dari kebenaran)

Di urusan vertikal dia lupa, di urusan horizontal dia lupa. Dengan اَللهُ dia lalai dengan manusia dia lalai.

Diajak bicara baik, diajak pada kebenaran, diajak menuju hidayah, semua dia tolak.

Dia merasa dia yang benar. Diajak berbuat kebaikan…dia berpaling…dia meninggalkan…tapi ketika diajak pada kemaksiatan, siap, pagi, sore, malam dia selalu siap.

Sholat saja dia tidak mau, hari-harinya penuh dengan dosa..dosa…dosa…bohong..bohong…bohong…terus.

Dia kembali ke lingkungannya…”Kamu kan ga mau sholat, kamu ga mau berbuat baik…kamu ga mau sedekah…coba sekarang, kamu tau ga siapa kamu?”

Al-Qiyamah :36

أَيَحْسَبُ ٱلْإِنسَٰنُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

Apakah manusia mengira, dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)

Apakah kamu berpikir, اَللهُ ciptakan kamu hanya untuk iseng-isengan tanpa tujuan?

Mana mungkin!! Semua yang kita itu ada perhitungannya…ada komitmennya…ada konsekuensinya..ada resikonya…cepat atau lambat.

Tidak sia-sia, tidak lepas begitu saja.

والله أعلمُ بالـصـواب

Catatan Diana
Dari kajian Tafsir
Habib Ahmad Al Munawar, Lc

SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: