
NUSANEWS - Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menjawab sindiran menohok Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose soal aksi premanisme di Badung. Bupati Badung dianggap masih ragu menindak preman.
Menjadi objek pernyataan kapolda, Giri Prasta pun langsung angkat bicara. Ia menyatakan sepakat dengan komitmen Kapolda Bali memberantas segala macam aksi premanisme.
Kendati demikian, Giri Prasta mengatakan klasifikasi premanisme harus jelas, tidak hanya dilihat dari kacamata luar.
Kata dia, yang dimaksud dengan preman itu karena tindakan, bukan orangnya. Preman itu siapapun orangnya walaupun dia pejabat pakai dasi, pakai jas, pakai tas yang bagus, tapi ketika hatinya iblis itu klasifikasi golongan masyarakat preman.
“Kita sudah sepakat tidak ada preman. Dalam artian preman ini adalah malakin orang, buat susah orang. Dan saya pun butuh dengan preman, kalau ada preman membantu masyarakat kan bagus,” ungkap Bupati Giri Prasta.
Ketua DPC PDI Perjuangan Badung ini juga mengajak seluruh lapisan masyarakat bersatu padu membangun daerahnya, bukan saling-menjatuhkan antarsesama. Karena yang dikenang oleh masyarakat adalah prilaku dan perbuatan, bukan hanya sebatas wacana.
“Karena itu, jangan sampai ada premanisme. Apalagi, narkoba kita sependapat apa yang dicanangkan bapak Kapolda Bali itu adalah murni untuk generasi kita,” terang Bupati asal Pelaga, Petang, Badung ini.
Sebelumnya, Kapolda Bali Irjen Petrus Reinhard Golose secara terbuka menyodok Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta karena dianggap masih ragu menindak perilaku premanisme di Badung.
Sindiran terbuka itu dilontarkan Irjen Petrus saat peresmian Patung Padarakan Rumeksa Gardapati di Monumen Perjuangan Rakyat Bali (Bajra Sandi), Renon, Denpasar, Sabtu (10/11) lalu.
Jenderal polisi dengan dua bintang di pundak ini dengan lantang menebar ancaman sekaligus tantangan kepada pelaku aksi premanisme di Bali.
Di hadapan para petinggi, pejabat, serta tokoh Bali, Petrus Golose menyebut preman di Bali pengecut.
“Mereka berafiliasi dengan ormas, dan hanya berani menindas rakyat kecil,” ujar Petrus Golose.
Dikatakannya, keberadaan preman di Bali diakui sudah merajalela sejak 20 tahun terakhir. Namun saat dirinya menjabat sebagai kapolda Bali, keberadaan preman makin berkurang.
“Preman adalah pengecut. Beraninya sama rakyat kecil. Beri tau saya kalau mereka mengganggu. Saya rantai mereka menangis. Mana ada jagoan nangis. Jagoan itu gak nangis,” tegas Golose.
SUMBER