logo
×

Selasa, 27 November 2018

Ternyata Ini Penyebab Kisruh di Universitas Dwijendra Hingga Kampus Ditutup

Ternyata Ini Penyebab Kisruh di Universitas Dwijendra Hingga Kampus Ditutup

NUSANEWS - Teka-teki penyebab kisruh di Universitas Dwijendra hingga berbuntut penutupan kampus pada Senin, 26 November akhirnya terjawab.

Kisruh itu bermula dari perebutan kursi ketua yayasan Dwijendra. Ketua Yayasan yang lama merasa masih memiliki hak dan tidak mengakui ketua yayasan yang baru.

Pendukung ketua yayasan lama akhirnya menutup kampus. Mereka melarang dosen maupun mahasiswa masuk ke kampus pada Senin (26/11/2018).

Ketua Yayasan Dwijendra yang baru, I Ketut Wirawan mengaku dia juga tertahan di luar pintu gerbang kampus. Ia dilarang untuk masuk ke dalam kampus.

“Saya sebenarnya hari ini diundang oleh dosen-dosen untuk bersembahyang di Pura Dwijendra jam 5 sore,” tuturnya saat ditemui di lokasi.

Ia mengaku datang di kampus tepat pukul 17.00. Ternyata pintu masuk kampus dikunci. Ia menanyakan alasan penutupan kampus kepada pihak keamanan. Kata pihak keamanan, mereka hanya menjalankan perintah untuk mengunci kampus tersebut.

Tak lama kemudian, datanglah ratusan mahasiswa yang ingin kuliah. Namun mereka juga tidak diizinkan untuk masuk.

“Saya tawarkan ke dia (keamanan), sudahlah kasih saja mahasiswa dan dosen-dosen masuk. Kalau saya tidak jadi masuk, biarlah saya tidak jadi masuk,” ujarnya.

Namun ternyata mahasiswa dan dosen tetap tidak diizinkan masuk. Semakin lama, semakin banyak mahasiswa yang hadir. Karena semakin ramai, akhirnya polisi datang.

“Saya bilang ke pak polisi, tolong dimediasi agar mahasiswa ketemu dengan orang yang melarang mereka masuk,” ujarnya.

Nyatanya orang yang melarang untuk masuk tersebut pun tetap tidak mau keluar kampus untuk memberikan penjelasan. Akhirnya, mahasiswa pun semakin ramai.

Siapa yang di dalam? Ditanya demikian, dari sepengetahuan Wirawan, di dalam ada ketua yayasan lama.

“Pak Candra. Dia ketua yayasan yang sudah habis masa jabatannya. Tapi dia tidak mau keluar. Jadi masa jabatannya dia (Candra) sudah habis 20 September 2018,” jawabnya.

Dosen-dosen sebelumnya, kata Wirawan, juga sempat protes. Para dosen itu kemudian mengundang Ketut Wirawan untuk hadir ke kampus selaku Ketua Yayasan yang baru untuk bersembahyang.

Ketua Yayasan yang lama, yakni Chandra Jaya tersebut disebutkan keberatan karena menganggap Ketut Wirawan tidak sah sebagai ketua yayasan yang baru.

“Jadi begini, dia (Chandra) ada berdasarkan akta notaris Nomor 24, tanggal 20 September 2018. Dalam Undang-Undang Yayasan ataupun anggaran dasar yayasan menyebutkan bahwa Ketua Pengurus diangkat oleh Pembina untuk masa jabatan lima tahun dan dapat dipilih kembali,” ujarnya.

Menurutnya, Pembina ada enam orang. Tetapi saat rapat Pembina hadir lima orang. Dari lima tersebut, satu tidak setuju dan empat sepakat mengganti Chandra. Namun demikian, hasil tersebut tetap dibawa ke notaris yang sama yang diketahui bernama Indra Bangsawan.

“Jadi jabatan dia (Chandra) sudah 5 tahun dan tidak dipilih kembali. Kan dia juga tidak punya legal standing lagi. Karena itu pihak dosen-dosen mempertanyakan. Mengapa bapak Chandra masih ada di sini,” terangnya.

Atas kejadian ini, Wirawan pun menyayangkan. Semestinya dengan situasi ricuh begini, ada perwakilan untuk berbicara.

“Tadi ada anaknya Chandra di pintu gerbang bilang hari ini libur. Siapa yang bilang libur? Ini kan hari Senin. Ada jam kuliah juga,” tukasnya.



SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: