logo
×

Senin, 24 Desember 2018

BMKG Sebut Masih Ada Kemungkinan Tsunami Susulan

BMKG Sebut Masih Ada Kemungkinan Tsunami Susulan

NUSANEWS - Tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12) lalu, diduga dipicu adanya aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau. Hal itu pula yang menjadi penyebab tidak adanya peringatan dini.

Saat ini, tercatat 5.361 jiwa memilih mengungsi akibat takut adanya tsunami susulan. Karena itu, mereka memilih meninggalkan rumah masing-masing dan menempati tempat-tempat pengungsian.

Terkait hal itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) masih belum bisa memastikannya.

Akan tetapi, BMKG bersama instansi lain yang berada di bawah koordinasi Kemenko Maritim tengah menganalisis kemungkinan tersebut.

“BMKG, Badan Geologi, dan lembaga lain masih terus menganalisis itu (tsunami susulan),” ucap Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di kantornya, di Jakarta, Senin (24/12).

Mantan Rektor Universitas Gadhaj Mada (UGM) itu mengatakan, penelitian dilakukan menggunakan tidegauge atau alat pengukur pasang surut air laut di pantai.

“Selama masih di Indonesia kemungkinan tsunami itu masih ada. Itulah kenapa dipasang tidegauge di pulau sekelilingnya. Seandainya ada tsunami bisa diketahui lebih dini,” jelasnya.

Untuk mengetahui adanya potensi tsunami susulan tersebut, lanjutnya, saat ini pihaknya melihat data dari 200 sensor gempa di seluruh Indonesia.

Selain itu, ada puluhan tidegauge yang dikelola Badan Informasi Geospasial (BIG) yang juga bisa diakses BMKG.

Sebelumnya, Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Tiar Prasetya mengatakan, tidegauge belum menunjukkan adanya kemungkinan tsunami susulan.

Sementara itu, terkait gempa vulkanik akibat erupsi Anak Krakatau, kini juga ada penelitian dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geogi (PVMBG).

“Sampai saat ini di tidegauge tidak ada. Tidak ada kenaikan, tidak ada tsunami susulan. Kalau vulkanologi itu tipoksinya PVBMG,” kata Tiar, Minggu (23/12).

Untuk diketahui, aktivitas dan erupsi Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12) akhir pekan lalu menunjukkan adanya peningkatan, sejak dini hari sampai dengan malam hari.

Hal itu pula yang kemudian disebut sebagai pemicu lonsor bawah laut ditambah adanya gelombang pasang yang diakibatkan bulan purnama.

Secara visual, teramati letusan dengan tinggi asap berkisar 300-1.500 meter dari atas puncak kawah dan terekam juga adanya gempa tremor dengan amplitudo overscale berkisar 58 mm.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental, hingga Minggu (23/12), tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level II atau berstatus waspada.

Di sisi lain, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melansir jumlah korban per Senin (24/12) pukul 17.00 WIB masih terus bertambah.

Terbaru, korban meninggal mencapai 373 jiwa, 1.459 Luka-Luka sedangkan 128 orang lainnya dinyatakan hilang dan 5.665 orang terpaksa mengungsi.

Dimungkinkan, jumlah tersebut masih akan terus mengalami penambahan. Pasalnya, proses pencarian dan evakuasi masih terus dilakukan tim SAR gabungan.


SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: