logo
×

Minggu, 16 Desember 2018

Fahri Puji SBY: Beliau Santun, Padahal Sukses Dua Periode, Beda Sama yang Panik karena Gagal

Fahri Puji SBY: Beliau Santun, Padahal Sukses Dua Periode, Beda Sama yang Panik karena Gagal

NUSANEWS - Politikus Fahri Hamzah memuji Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sebagai tokoh yang santun.

"Beliau santun padahal berkuasa dua periode sukses... beda sama yang panik karena gagal," kata Fahri Hamzah melalui akun Twitter.

Pernyataan Fahri Hamzah untuk menanggapi sikap Susilo Bambang Yudhoyono ketika bereaksi terhadap aksi perusakan terhadap atribut Partai Demokrat di Pekanbaru, Riau. "Saya ini bukan capres, saya tidak berkompetisi dengan Bapak Presiden Jokowi. Saya sebagai pemimpin Demokrat berikhtiar, berjuang dengan cara yang baik yang amanah sesuai yang diatur dalam konstitusi dan undang-undang, tapi kenyataan ini yang kami dapatkan. Oleh karena itu saya perintahkan semua atribut ucapan selamat datang atas kunjungan saya ke Riau dan bendera Demokrat diturunkan. Lebih baik kita mengalah dan diturunkan daripada kita menyaksikan bendera kita, baliho yang tidak bersalah dirobek," kata Susilo Bambang Yudhoyono.

Kepada politikus Partai Demokrat Andi Arief yang bereaksi keras terhadap aksi perusakan itu, Fahri Hamzah menyarankan kepada dia agar tetap bersabar dalam merespon kasus.

"Sabar bro. Salam hormat pada pak SBY. Ini ujian kita semua," katanya.

Koordinator juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyayangkan aksi perusakan bendera dan spanduk Partai Demokrat yang dipasang di ruas jalan Kota Pekanbaru.

Menurut Dahnil tindakan ini sama saja dengan upaya menginjak-injak nilai demokrasi damai dan sejuk yang merupakan komitmen semua partai politik dalam melaksanakan pemilihan umum 2019.

"Ini adalah cara-cara pihak yang tak bertanggung jawab untuk merusak keindahan tatanan demokrasi yang sedang dibangun," kata Dahnil dalam keterangan tertulis.

Kondisi ini, kata dia, tidak hanya menyakitkan bagi Partai Demokrat, namun seharusnya juga dirasakan oleh seluruh parpol peserta Pemilu 2019 yang telah mendeklarasikan kampanye sejuk dan damai.

"Tidak hanya bagi Partai Demokrat. Kejadian ini juga sudah merusak komitmen seluruh parpol peserta pemilu," kata dia.

Dahnil enggan menyebut dari kelompok mana pelakunya. Dia minta kepolisian menuntaskan kasus itu.

"Siapapun yang melakukan ini harus segera dituntaskan. Keberhasilan demokrasi dapat berjalan baik jika hal-hal semacam ini dapat dihindari," kata Dahnil.

Sementara itu, politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kapitra Ampera mengklarifikasi video pelaku perusakan atribut Partai Demokrat yang menyebutkan ada pesanan dari tokoh partai berkuasa.

Kapitra Ampera di Pekanbaru mengatakan video tersebut belum bisa dipastikan kebenarannya. Apalagi, menurutnya, video yang direkam kemudian diviralkan juga merupakan suatu tindak kejahatan.

"Kita tak tahu, dia beri keterangan dimana, seseorang direkam dan diviralkan ini kejahatan tidak? sementara dia belum tentu bersalah. Ini bukan etika politik, seharusnya diberikan dulu ke polisi," ujarnya sebagaimana dilaporkan Antara.

Menurutnya orang PDIP yang dituduh melakukan pesanan atas perusakan atribut belum tentu pengurus, bisa saja simpatisan.

Dia juga mengatakan tak pernah mendengar ada nama Budi di kepengurusan dewan pimpinan daerah maupun pusat seperti yang dituduhkan dalam video itu.

"Jadi saya lihat ada lebay di sini supaya dibesar-besarkan. Kalau paham aturan di republik ini harusnya dikasih ke kepolisian. Ini main hukum sendiri, ini yang tidak bijak," kata Kapitra.

Meski begitu, pihaknya juga melakukan investigasi melalui tim advokatnya terhadap video tersebut. Diperkirakannya itu adalah kebetulan "orang pasar" yang fanatik pada calon presiden yang diusung partainya.

Menurutnya pelaku merasa seolah-olah Susilo Bambang Yudhoyono mencari kesempatan dalam kesempitan serta berupaya menghapus jejak Presiden Jokowi di Pekanbaru. Padahal, kata dia, kedatangan Jokowi ke Pekanbaru adalah sebagai presiden bukan calon presiden.

"Makanya tidak ada satupun kalimat atribut yang menyatakan dukungan untuk Jokowi menjadi presiden untuk kedua kalinya. Semua seremonial yang dilakukan sangat sakral, tidak ada berkaitan dengan politik praktis," kata dia.



SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: