
NUSANEWS - Direktur Survei and Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara mencermati ada perbedaan yang cukup signifikan dalam masa kampanye Pilpres 2019 kali ini. Salah satunya soal basis kekuatan Prabowo-Sandiaga dan Jokowi-Maruf yang berbeda segmen.
Menurut Igor, petahana yang diunggulkan di beberapa lembaga survei justru lemah di media sosial. Hal itu lantaran basis pemilih perkotaan yang lebih dikuasai Prabowo-Sandi.
"Persentase terbesar penduduk Indonesia adalah di perdesaan, bukan perkotaan. Ini sebab masih unggulnya petahana vis a vis kompetitornya. Ini juga menjawab kenapa Prabowo-Sandi lebih juara di media sosial yang banyak diakses orang kota," kata Igor kepada Kricom, Rabu (12/12/2018).
Dengan perbedaan basis di dunia nyata dan maya ini, keunggulan Jokowi-Maruf di beberapa survei dikatakan masih bisa berubah.
"Bagaimanapun, kubu petahana tetap merasa belum aman meskipun hasil survei mengunggulkannya. Sebaliknya kubu Prabowo-Sandi pun seperti tidak terlalu khawatir dengan hasil survei yang dipandang cenderung menggiring opini publik (bandwagon effect). Mereka percaya hasil survei internal sendiri," jelasnya.
Terlebih, kata Igor, posisi Prabowo-Sandi yang selalu kalah dalam hasil lembaga survei bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat, khususnya yang belum menentukan pilihan.
"Underdog effect bisa saja membalikkan keadaan dan justru bersimpati kepada Prabowo-Sandi yang dipersepsikan kalah melulu dan diperlakukan tidak adil oleh media-media besar. Apalagi petahana memang selalu menang di awal, bukan di akhir," tutupnya.
SUMBER