logo
×

Minggu, 09 Desember 2018

Trump Ancam Keberlanjutan Bisnis Media, Mirip yang Dilakukan Prabowo?

Trump Ancam Keberlanjutan Bisnis Media, Mirip yang Dilakukan Prabowo?

NUSANEWS - Lebih dari 300 perusahaan Media pada 16 Agustus lalu, menggelar orasi untuk untuk melawan serangan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang hendak memberedel Media. Salah satu Media, The Boston Globe menyerukan hashtag #EnemyOfNone.

Trump saat itu telah menyinggung Media karena kerap memberitakan palsu dan menyerang wartawan sebagai "musuh rakyat".

Pada akun linimasa Twitter Donald Trump, menulis "Media berita palsu adalah partai oposisi. Ini sangat buruk bagi negara kita yang hebat.. Tetapi, kita adalah pemenang," cuitnya kala itu.



Para anggota organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memperingatkan Trump bahwa komentarnya tersebut tentang Media berisiko menimbulkan kekerasan terhadap Jurnalis.

The Boston Globe berniat untuk menulis artikel tentang bahaya serangan pemerintah terhadap pers saat itu, dan meminta Media untuk melakukan hal yang serupa.

Peristiwa seperti ini tidak jauh berbeda dengan sikap yang ditunjukkan oleh calon presiden (capres) Prabowo Subianto baru-baru ini.

Dirinya mempersoalkan berita Media massa yang tidak menyebut jumlah peserta aksi reuni alumni 212 sebanyak 11 juta orang, bahkan dia menuding banyak Media massa sekarang menjadi bagian dari upaya memanipulasi demokrasi.

Koordinator juru bicara kampanye Prabowo Subianto - Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyebut pernyataan Prabowo Subianto sebagai teguran.

"Kenapa Mas @prabowo menegur Media-Media yang tidak bekerja sebagaimana mestinya sebagai pilar demokrasi? Sederhana, beliau tidak mau kualitas demokrasi kita dirusak oleh para pemilik Media yang "menggunakan" Media mereka sekedar menjadi alat propoganda politik dan kebohongan," ujarnya.

Menurut Dahnil Anzar Simanjuntak, Prabowo Subianto mendukung Jurnalis-Jurnalis idealis.

"Empati dan simpati Mas @prabowo terhadap para Jurnalis yang terus merawat idealismenya. Beliau, dukung full Jurnalis-Jurnalis idealis yang berusaha tetap menjadi pilar demokrasi yang berkualitas tinggi," kata Dahnil Anzar Simanjuntak.

Seorang pengamat Ekonom dari Center Of Reform On Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah,  menilai dari segi bisnis Media ke depan, tidak perlu dikhawatirkan.  Justru menurutnya, bisnis Media saat ini tetap berjalan. Hanya saja nantinya bakal ada pro dan kontra pemberitaan.

"Saya kira masih akan ada kebebasan pers. Tidak akan kembali ke zaman orba. Tapi akan semakin jelas nanti mana Medianya presiden mana yang bukan," ucapnya ketika dihubungi oleh Akurat.co, Kamis (6/12).

Memang, karakter keras dan terbuka pada diri Prabowo tersebut bisa mengubah iklim Media saat ini.

"Seorang pemimpin pasti punya gayanya masing-masing dan akan selalu berdampak kepada iklim atau suasana peliputan bahkan bisnis Media. Demikian juga dengan Prabowo," katanya.


SUMBER
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: