logo
×

Minggu, 13 Oktober 2019

Rapor Merah Bidang Pendidikan di Era Jokowi

Rapor Merah Bidang Pendidikan di Era Jokowi

DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo harus melakukan evaluasi mendalam di bidang pendidikan. Pengamat politik Univesitas Indonesaia Arbi Sanit melihat rapor merah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.

“Menurut saya, yang paling parah itu yang berurusan dengan pendidikan. Pendidikan tinggi maupun menengah ke bawah, sama aja konyolnya,” kata dia saat dihubungi, Ahad, (13/10).

Konyol, kata dia, lantaran kebijakan zonasi yang berdampak sistematis. Secara tak kasat mata, penggolongan sekolah ini akan mendegradasi kualitas anak didik.

Pertama, karena prinsip yang diterapkan adalah sama rasa. Semua anak masuk ke sekolah dekat rumah, tanpa memandang kualitas pendidikan mereka. Di sisi lain, ada sistem kompetisi yang dibabat habis.

Artinya, yang terbaik akan mendapat tempat sama dengan yang terburuk. “Dia lupa, kalau yang pintar dicampur dengan yang bodoh jadi bodoh. Kalau orang berbakat dibodohi lalu bagaimana negara ini memperoleh inovasi, inovator,” tegas Arbi.

Menurut dia, harusnya Indonesia meniru negara-negara berkembang yang berhasil maju. Contohnya seperti India, pendidikan di sana digenjot tanpa sistem zonasi. Kompetisi murni dilakukan, dan pembenahan pendidikan dimulai dari menggenjot kualitas guru.

“Lihat india itu, tau nggak? ada informasi dokter praktek di Amerika Serikat 30 persen orang india tamatan sekolah india, tau nggak itu? Kita di sini aja gak becus apalagi ke Amerika,” kata dia.

Arbi melihat salah kaprah pengelolaan pendidikan di Indonesia. Karena patokannya adalah pemerataan anak didik, sementara kualitas guru dibiarkan begitu-begitu saja.

“Karena itu (pendidikan) adalah sektor masa depan, sektor kemajuan bukan sektor pemerataan, sektor pemerataan itu Kementerian Sosial,” kata dia.

Begawan pendidikan politik ini mencontohkan negara lain seperti Jepang. Bagaimana Negara Matahari Terbit itu fokus pada Sumber Daya Manusia.

“Tau nggak jepang setelah perang dunia? gaji tertinggi dipegang oleh guru, agar bisa memintarkan orang, apa jadinya jepang sekarang?” ujarnya. (Aza)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: