logo
×

Sabtu, 09 November 2019

Jokowi: Nabi Muhammad jadi Teladan Bangun Indonesia

Jokowi: Nabi Muhammad jadi Teladan Bangun Indonesia

DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo menyebut, perjuangan yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad SAW, menjadi teladan bagi pemerintahan yang ia pimpin, dalam membangun Indonesia maju.

Hal itu disampaikan Kepala Negara, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, melalui akun instagram miliknya, @jokowi pada Sabtu pagi 9 November 2019.

"Nabi Muhammad SAW adalah manusia panutan yang mengubah umat dari mengutamakan kepentingan diri sendiri menjadi kepentingan bersama," tulis Presiden dalam akun instagram miliknya.

"Semangat perubahan seperti yang dilakukan Rasulullah itu kita teladani dalam membangun Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang maju," lanjut Jokowi.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw sudah digelar di Istana Negara pada Jumat malam 8 November 2019. Namun yang menyampaikan sambutan adalah Wakil Presiden, KH Ma'ruf Amin. Ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Sementara penceramah adalah Prof Abdul Jalil, Guru Besar UIN Walisongo Semarang Jawa Tengah. Ia memaparkan, keteladanan Muhammad dalam mengubah manusia saat itu.

Sementara itu, dalam sambutannya semalam, Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengatakan, Rasulullah Muhammad adalah seorang tokoh perubahan yang luar biasa.

Karena, dalam mengubah manusia di Arab ketika itu, membutuhkan waktu 23 tahun. Perubahan yang dilakukan, kata Ketum MUI itu, dilakukan secara terus menerus.

"Perubahan yang dilakukan Rasul adalah perubahan pada manusianya, dari akidah, cara berpikir, dan perilakunya. Semangat perubahan seperti Rasul itu yang ingin kita contoh dan teladani dalam rangka membangun Indonesia yang lebih baik," kata Ma'ruf.

Karena, perubahan seperti yang dilakukan Rasul Muhammad kala itu adalah mengubah manusianya, maka dari itu kata Ma'ruf, lima tahun ke depan pemerintah juga fokus pada pembangunan SDM.

Dengan cara membangun manusia yang cerdas, sehat dan produktif, memiliki daya saing dan berakhlak yang baik. Maka lanjutnya, ada kaidah lama yang harus diubah saat ini.

"Pahala itu didasarkan kepada kepayahan, kelelahan, tidak tepat lagi. Harus kita ubah bahwa pahala itu harus diukur dari manfaat, maslahat yang diberikan, atau produktivitas yang dihasilkan," katanya.

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: