logo
×

Senin, 09 Maret 2020

Di Depan Para Dai, Pimpinan MPR Cerita Peran Ulama Berjuang untuk RI

Di Depan Para Dai, Pimpinan MPR Cerita Peran Ulama Berjuang untuk RI

DEMOKRASI.CO.ID - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan ulama dan umat Islam di Indonesia mempunyai peran yang sangat besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia. Sehingga dari peran yang ada jangan sampai ulama dan umat Islam dibenturkan atau diadu domba dengan kelompok yang lain.

Di hadapan ratusan anggota Ikatan Dai Indonesia (IKADI) di Jakarta, HNW berpesan agar para dai mengetahui dan memahami sejarah peran ulama dan umat Islam di Indonesia sehingga bisa ikut menguatkan dan menjaga bangsa Indonesia.

"Jas Hijau, jangan sekali-kali menghilangkan jasa ulama dan umat (Islam di Indonesia)," ujar HNW, dalam keterangannya, Minggu (8/3/2020).

Dalam acara Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal tersebut, HNW menceritakan demi keutuhan bangsa Indonesia, para tokoh umat Islam yang tergabung dalam Tim 9 BPUPKI rela menghilangkan 7 kata dari Pancasila yang telah disepakati pada 22 Juni 1945. Kesudian para tokoh umat Islam mengubah Sila I Pancasila menurut Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu menunjukan bahwa umat Islam paham akan arti keberagaman dan kebangsaan.

"Di sinilah peran umat Islam dalam ikut melahirkan Pancasila. Jadi peran umat Islam bukan asal-asalan. Ulama sepakat bahwa kemerdekaan harus menghadirkan kemaslahatan," jelas Hidayat.

Menurut HNW, peran umat Islam tak berhenti di situ. Ketika Indonesia merdeka, Belanda tidak ingin bangsa ini kuat. Mereka ingin membentuk negara Indonesia yang memiliki sifat tidak kokoh dengan dibentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS). Pada akhirnya mereka mendapatkan tujuannya, setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda pada Desember 1949, bentuk negara kita menjadi RIS.

"Sehingga saat itu banyak negara-negara bagian," ujarnya.

Dengan kejadian tersebut, lanjut HNW, ada kegundahan dari Ketua Fraksi Partai Masyumi Muhammad Natsir di Parlemen. Menurutnya, Natsir berpikir bahwa Indonesia merdeka bukan bertujuan untuk membentuk RIS namun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Oleh karena itu ia menyampaikan Mosi Integral yang mengajak kepada semua untuk mengembalikan bentuk negara kepada NKRI.

"Maka pada 3 April 1950 di depan anggota parlemen, Natsir menyampaikan pidato Mosi Integral. Mosi itu didukung oleh semua kekuatan politik yang ada," ujar HNW.

"Hingga pada 17 Agustus 1950, Indonesia kembali ke bentuk NKRI, bukan RIS lagi. Itulah suatu fakta peran umat Islam dalam mempertahankan NKRI," imbuhnya.

Sebelum Indonesia merdeka, lanjutnya, di wilayah nusantara banyak berdiri kesultanan atau kerajaan-kerajaan Islam. Ketika Indonesia merdeka, kesultanan yang ada tak hanya sekadar menyatakan diri bergabung dengan Indonesia namun mereka juga membantu secara finansial keuangan kepada negara yang baru. Selain itu salah satu sultan yang ada, yakni Sultan Hamid dari Kesultanan Pontianak, Kalimantan Barat, membuat juga lambang Garuda Pancasila.

"Sultan-sultan yang ada membantu uang dan emas kepada pemerintah Indonesia jumlahnya hingga triliunan rupiah," ujarnya.

HNW menceritakan peran dan jasa para ulama dan umat Islam, meski demikian dirinya mengakui para ulama dan umat Islam dalam berjuang dan mempertahankan Indonesia tidak berjuang sendirian. Namun juga bekerja sama dengan tokoh-tokoh lain yang mempunyai tujuan yang sama, yakni Indonesia merdeka.

"Bangsa ini memberi kesempatan dan ruang yang sama kepada siapapun," pungkasnya.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: