logo
×

Minggu, 19 April 2020

Cerita Masa Kecilnya, Luhut Ungkap Alasan Tetap Izinkan KRL Beroperasi: Saya Anak Sopir

Cerita Masa Kecilnya, Luhut Ungkap Alasan Tetap Izinkan KRL Beroperasi: Saya Anak Sopir

DEMOKRASI.CO.ID - Menteri Koordinator Bidang Maritim dan pelaksana tugas Menteri Perhubungan, Luhut Binsar Pandjaitan mangungkapkan alasannya tetap mengizinkan Kereta Rel Listrik (KRL) Comuter Line Jabodetabek tetap beroperasi di tengah pendemi Virus Corona.

Purnawirawan Jendral TNI tersebut menyebut keputusan tersebut ia ambil atas dasar pertimbangan kepentingan masyarakat kelas menengah ke bawah.

Melalui tulisan di kolom Faceboknya @luhutbinsar.panjaitan, Minggu (19/4/2020), Luhut bercerita panjang tentang masa kecilnya yang sulit.

Dilahirkan sebagai anak biasa di keluarga sederhana di wilayah Simargala, Toba Samosir, Luhut tumbuh dari seorang ayah yang berprofesi sebagai sopir bus AKAP.

Kehidupan yang sulit membuat Luhut banyak menghabiskan masa kecilnya di rantau.

Kehidupannya yang sulit itulah yang selalu ia jadikan pegangan dalam merumuskan berbagai kebijakan yang terkait dengan hajat hidup masyarakat Indonesia seluruhnya.

Apalagi di tengah badai pandemi Covid-19 yang sedang melanda negara kita saat ini, yang memang membawa dampak yang cukup signifikan terutama dalam penghidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Luhut mengatakan, ia tetap mengizinkan KRL Commuter Line Jabodetabek tetap beroperasi atas alasan kemanusiaan.

Ia mengatakan, sebagai anak mantan supir bus AKAP di Sibualbuali, ia paham betul kehidupan masyarakat kecil yang hidupnya semakin sulit di masa pandemi ini.

Menurutnya seandainya KRL juga dihentikan operasionalnya, maka hidup mereka akan semakin merana.

Selain itu masyarakat yang menggunakan KRL tersebut untuk kepentingan bertahan hidup dan kemanusiaan juga akan terhambat.

Sebagai contoh, ia juga menyebutkan banyak tenaga medis dari luar Jakarta yang menggunakan KRL untuk menunaikan tugasnya.

Berikut adalah tulisan panjang Luhut Pandjaitan tentang masa kecil dan KRL dikutip dari akun Facebooknya:

Di usia yang sudah cukup tua ini, saya masih seringkali teringat pada kenangan masa kecil dan kehidupan bersama orang tua saya di Simargala, Toba Samosir. Saya menjalani kehidupan masa kecil bersama orang tua dan adik-adik dalam keadaan yang sangat sulit, karena Ayah saya adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga dengan menjadi sopir bus AKAP di Sibualbuali.

Gaji beliau hanya cukup untuk kami makan sehari-hari kami. Jadi kalau mau dibilang, saya adalah anak sopir bus AKAP dan dilahirkan dari seorang Ibu yang tangguh meskipun tidak tamat Sekolah Rakyat. Masa kecil saya juga dihabiskan dengan merantau, karena Ayah dan Ibu saya ingin mencari penghidupan yang lebih baik.

Kesulitan dan perjuangan hidup yang saya alami bersama orang tua inilah, yang kemudian selalu saya jadikan pegangan dalam merumuskan berbagai kebijakan yang terkait dengan hajat hidup masyarakat Indonesia seluruhnya. Apalagi di tengah badai pandemi Covid-19 yang sedang melanda negara kita saat ini, yang memang membawa dampak yang cukup signifikan terutama dalam penghidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Saya mendapatkan laporan dari banyak pihak bahwa penumpang KRL Commuter Line Jabodetabek mayoritasnya adalah pekerja, dan banyak pula pekerja di sektor usaha yang masih diizinkan beroperasi selama PSBB.

Seperti yang kita semua tahu bahwa masih ada 8 sektor usaha yang diizinkan beroperasi selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti yang bergerak di bidang kesehatan hingga pangan, sehingga masih membutuhkan moda transportasi massal seperti KRL untuk berangkat ke tempat kerja mereka.

Saya pun juga mendapatkan informasi dan aspirasi dari beberapa masyarakat di kanal media sosial saya lewat pesan masuk, beberapa dari mereka adalah tenaga medis yang setiap hari nya harus berangkat dari Jakarta menuju Rumah Sakit tempat dirinya bertugas di wilayah Bekasi.

Jika KRL Commuter Line Jabodetabek tidak beroperasi, maka dirinya akan semakin sulit menjangkau tempat kerjanya. Kemudian ada pula pekerja pabrik yang juga sehari-hari bahkan di saat PSBB seperti ini pun, masih harus berangkat ke tempat kerja dan menggunakan KRL Commuterline sebagai satu-satunya alat transportasi ke tempat kerja. Banyak dari mereka menyampaikan kepada saya agar KRL Commuter Line Jabodetabek tetap beroperasi saat PSBB ini diberlakukan.

Atas dasar segala pertimbangan itulah kemudian operasional KRL Commuter Line Jabodetabek tetap berjalan seperti sedia kala dengan pembatasan waktu dan pengendalian penumpang, setidaknya sampai Bantuan Sosial (Bansos) dari pemerintah sudah diterima masyarakat.

Kami akan selalu mengevaluasi langkah-langkah dari setiap kebijakan yang diambil karena hari ini setiap kebijakan harus ditentukan dan dilakukan secara cepat tanpa perlu ada satu bagian masyarakat yang disulitkan oleh kebijakan yang kami buat bersama.

Saya pun berharap masyarakat dan petugas KRL Commuter Line Jabodetabek untuk selalu memperhatikan dan melaksanakan protokol kesehatan yang berlaku seperti penggunaan masker dan menjaga jarak.

Di akhir, saya ingin menyampaikan harapan saya kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap saling menjaga di tengah situasi pandemi seperti saat ini dengan memperhatikan dan membantu keluarga, sanak saudara, bahkan tetangga yang mungkin saja di tengah situasi sulit ini, kehidupan mereka lebih sulit lagi.

Saya sebagai bagian dari pemerintah Indonesia akan terus berupaya mencari jalan tengah yang paling sedikit mudarat serta paling besar manfaatnya untuk masyarakat Indonesia. Jadi saya titip pesan, tidak ada yang perlu dibenturkan antara satu kebijakan dengan kebijakan lainnya. Kita semua bekerja semaksimal mungkin agar pandemi Covid-19 bisa kita atasi bersama-sama. (*)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: