DEMOKRASI.CO.ID - Polisi menetapkan SP salah seorang anggota Ormas di Sukabumi sebagai tersangka pemukulan terhadap Idih (66) seorang kiai di Kampung Cikurutug, RT 2 RW 1, Desa Kademangan, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, Rabu (13/5).
"Sudah ditahan dengan pasal 351 KUHPidana tentang penganiayaan," kata Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Rizka Fadhila kepada detikcom, Sabtu (16/5/2020).
Dijelaskan Rizka, pelaku beraksi tunggal. Tidak ada pelaku lainnya yang terlibat kasus tersebut. "Tersangka tunggal, hanya satu lawan satu," imbuh Rizka.
Terkait adanya upaya damai yang dilakukan pelaku, Rizka membantah hal tersebut. "Saat ini belum ada, sesuai proses saja," singkatnya.
Sebelumnya, Rizka menjelaskan keributan itu berawal dari ketersinggungan pelaku terhadap korban.
"Dalam pemeriksaan, si pelaku ini (mengaku) tersinggung dengan ucapan si korban. Tapi memang pada dasarnya itu kan sebenarnya ada orang sedang berkumpul sedang adu argumen. Niatan awal si korban melerai tetapi mungkin karena posisi pelaku sedang emosi, kemudian mungkin ada omongan yang tidak berkenan si pelaku, akhirnya melakukan pemukulan," ungkap Rizka.
Korban sendiri mengaku merasa dipukul oleh pelaku pada bagian dadanya. Untuk prosesnya Rizka memastikan kasus berlanjut. Keterangan sementara korban kepada polisi ia merasa dipukul pada bagian dada.
"Korban sudah melapor, kita sudah melaksanakan tugas mengamankan yang bersangkutan. Kaitan (penyebab) kami masih mendalami informasinya mengenai masalah pasir besi, tapi kan pasir besi seperti apa ilegal atau legal kami masih (harus) memastikan," ujar dia.
Soal pelaku anggota Ormas telah dijelaskan Kapolsek Surade AKP Nobertus Santoso yang menyebut saat kejadian korban berniat melerai dua kubu ormas yang bersitegang. Namun entah bagaimana, pelaku tiba-tiba memukul korban.
"Sebenarnya salah sasaran bukan langsung di tuju ke tokoh agama, (sebelum kejadian) terjadi masalah dua kubu ormas masalah pasir. Nah bapak itu datang ke situ langsung berbicara jangan ribut di sini," kata Nobertus kepada wartawan, Kamis (14/5/2020).
Saat melerai itu, menurut Nobertus suara korban memang kencang dan pelaku yang merupakan anggota ormas tersinggung.
"Bukan sengaja nyerang, salah persepsi bahwa itu enggak fokus nyerang tokoh agama. Yang jelas salah paham, tadinya ada dua ormas datang ke situ, kebetulan rumahnya tokoh agama ini berdekatan dengan TKP dan bahasa nya terlalu lantang dan ormas itu langsung ke situ dan tokoh agama itu langsung di dorong," ungkap Nobertus.(dtk)