logo
×

Senin, 25 Mei 2020

Antivirus Eijkman

Antivirus Eijkman

Oleh: Joko Intarto

Tampak depan kantor Lembaga Eijkman di lingkungan RSUP Cipto Mangunkusumo di Jalan Pangeran Diponegoro No.69, Jakarta Pusat.

SAYA hampir saja lupa dengan Lembaga Eijkman. Padahal lembaga ini berada di Jakarta. Lokasinya di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Sengaja saya mencari alamat Lembaga Eijkman gara-gara tulisan Pak Dahlan Iskan di Disway.id tentang ujicoba vaksin Covid-19 di Wuhan yang menuai sukses.

Saya penasaran, apakah vaksin buatan China itu kelak cocok untuk orang Indonesia karena menurut mantan Menteri Kesehatan Prof Dr dr Fadillah Supari, strain orang Indonesia berbeda.

Masih menurut Fadillah Supari, Indonesia mestinya mampu membuat vaksin sendiri. Apalagi Indonesia sudah berpengalaman. Para peneliti di BPPT, Lembaga Eijkman, Bio Farma, Kimia Farma dan para ahli kedokteran Indonesia, pasti bisa melakukannya.

Nama Eijkman pada lembaga itu diambil dari nama Christian Eijkman, kepada lembaga pertama yang berkebangsaan Belanda. Pada tahun 1929, Christian Eijman mendapat hadiah Nobel, karena menemukan vitamin, setelah meneliti penyakit busung lapar alias beri-beri. Vitamin itu ditemukan pada kulit beras, lapisan kulit ari yang terapat di antara butiran beras dengan sekam.

Lembaga Eijkman berdiri apada tahun 1888. Pada tahun 1938 Lembaga Eijkman dipimpin seorang professor pribumi bernama Prof Dr Achmad Mochtar. Pada tahun 1945,. Achmad Mochtar dihukum mati pasukan Jepang karena berusaha melindungi para peneliti di Lembaga Eijkman yang dituduh mencemari vaksin Penisilin.

Meski pernah menorehkan catatan emas, Lembaga Eijkman ternyata pernah ditutup. Lembaga itu baru beroperasi kembali pada tahun 1992 ketika Prof Dr BJ Habibie menjadi Menristek. Habibie menunjuk ahli DNA Prof Dr Sangkot Marzuki sebagai pimpinan Lembaga Eijkman.

Saya pernah beberapa kali mewawancarai Pak Sangkot Marzuki sekitar tahun 1993. Itulah masa singkat saya menjadi wartawan ‘’Jawa Pos’’ di Jakarta.

Saat itu, hasil penelitian Pak Sangkot bikin heboh. Sebab, menurut penelitian itu, nenek moyang orang-orang Asia berasal dari kawasan Asia Tenggara sekitar 100.000 - 60.000 tahun sebelum Masehi. Orang Asia Tenggara sendiri berasal dari Afrika. Dugaan itu berasal dari penelitian sample DNA.

Penelitian asal-usul manusia, ternyata erat kaitannya dengan penelitian tentang obat-obatan. Dari rekam jejak penyebaran manusia, akan diketahui mengapa tidak semua obat bisa digunakan untuk semua orang.
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: