DEMOKRASI.CO.ID - Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga, Gatot S Dewa Broto, menanggapi santai pernyataan legenda bulu tangkis Taufik Hidayat bahwa banyak korupsi di Kemenpora sehingga olahraga Indonesia tidak bisa maju.
"Saya nggak mau berpolemik, ini sedang puasa," kata Gatot saat dihubungi Tempo, Selasa, 12 Mei 2020.
Gatot berharap Taufik yang pernah menjadi bagian dari Kemenpora ketika menjadi Wakil Ketua Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) Periode 2016-2017 bisa khusuk dalam menjalankan ibadah puasanya.
"Kami tidak perlu emosi dan marah menanggapinya, karena kami cukup dengan bukti kerja dan konsistensi," ucap dia.
Gatot bahkan merasa kasihan dengan sikap peraih medali emas Olimpiade 2004 itu menyerang Kemenpora yang pernah menaunginya.
"Orang Jawa bilang becik ketitik olo ketoro (yang baik terlihat, yang buruk ketahuan). Dan Gusti Allah tidak sare (tidur). It is only the matter of time," kata Gatot.
Sebelumnya, Taufik mengatakan perihal kebencian orang terhadap dirinya. Saat menjadi bintang tamu podcast milik Deddy Corbuzier, Taufik mengatakan olah raga Indonesia tidak akan pernah maju siapapun yang menjadi menterinya. Penyebabnya adalah korupsi di Kemenpora sudah mendarah daging.
"Saya bilang, mau menteri siapapun, kalau gak diganti (orang-orang yang bekerja di Kementerian) separuhnya, olahraga akan begini terus, gak bakal bisa maju. Itu harus setengah gedung dibongkar, tikusnya banyak banget," ujarnya dalam tayangan yang berjudul Buka Mata Loe! Semua Koruptor!? Taufik Hidayat Nekat Bicara!! yang tayang di kanal Youtube Deddy Corbuzier pada Senin, 11 Mei 2020.
Ia mencontohkan korupsi yang terjadi di Kemenpora saat ia menjabat sebagai Wakil Kepala Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) periode 2016-2017 itu. "Kenapa gak terlihat di KPK. Gak tahu deh, kan semua butuh bukti," ujarnya.
Ia mencontohkan masalah akomodasi bagi atlet. "Ada 500 atlet Pelatnas disewakan di hotel. Misalnya harga sewa per kamar Rp 500 ribu. Kalau kita masukin orang banyak ke hotel kan suka dapat diskon. Itu dikalikan sebulan. Berapa coba. Makanya mereka enak, jadi PNS di Jakarta, punya rumah punya mobil punya cicilan berapa. Ini yang gue rasain, gue lihat, cuma gak ada bukti, dengan omongan doang, siapa yang akan percaya."[]