DEMOKRASI.CO.ID - Presiden Joko Widodo dinilai keliru jika membanggakan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih baik dengan negara lainnya yang juga terkena pandemik virus corona baru (Covid-19).
Direktur Eksekutif Center for Social Political Economic and Law Studies (CESPELS), Ubedilah Badrun mengatakan, kesombongan yang disampaikan Presiden Jokowi tidak sesuai dengan kenyataannya.
Karena kata Ubedilah, pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cenderung lambat sejak Jokowi menjadi Presiden pada 2014 hingga saat ini.
"Jokowi ini masih sombong saja dalam urusan angka pertumbuhan ekonomi padahal pembandingnya tidak komprehensif. Merasa masih lebih baik dari negara lain. Padahal sepanjang jadi Presiden dari 2014 ekonomi Indonesia itu angka pertumbuhannya cenderung melambat dan stagnan," ucap Ubedilah Badrun, Kamis (7/5).
Apalagi kata Ubedilah, pada triwulan I 2020 ini pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,97 yang kenyataannya lebih lambat dibanding kuartal empat 2019 yakni 4,79 persen.
"Angka pertumbuhan ekonomi 2,97 persen dianggap bagus padahal jauh dari target. Sebab Menteri Keuangan Sri Mulyani pernah memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I 2020 akan tertahan di kisaran 4,5 persen sampai 4,6 persen karena virus corona. Ini meleset dari target ko dianggap bagus. Yang bener adalah anjlok," tegas Ubedilah.
Ubedilah pun membandingkan dengan negara Vietnam yang nyata pertumbuhan ekonomi di angka 3,8 persen.
"Jokowi juga bilang 2,97 persen itu bagus dibanding negara lain, itu juga keliru sebab Vietnam buktinya di kuartal I 2020 ini tumbuh 3,28 persen. Jadi tidak usahlah bilang lebih baik dari negara lain, yang jujur itu adalah angka pertumbuhan ekonomi tidak sesuai target dan anjlok," pungkasnya. (*)