DEMOKRASI.CO.ID - Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara semakin memanas akibat pamflet para pembelot. Korut pun akan membalas pamflet anti-Pyongyang dengan pamflet lagi.
Sejak awal Juni, Korea Utara telah mengeluarkan serangkaian kecaman pedas kepada Korea Selatan atas selebaran pamflet anti-Pyongyang, yang dikirimkan para pembelot secara teratur, yang biasanya ditempelkan pada balon udara atau diapungkan dalam botol.
Para pengamat mengatakan Korut mungkin berusaha membuat krisis untuk meningkatkan tekanan pada Korea Selatan untuk mengekstraksi konsesi.
Pada hari Selasa (16/6) lalu, Korut meledakkan gedung kosong di sisi perbatasannya yang melambangkan pemulihan hubungan antar-Korea, yaitu Gedung Kaesong. Gedung itu kini tinggal puing-puing. Hari berikutnya, Korut mengancam akan meningkatkan kehadiran militernya di sekitar Zona Demiliterisasi.
Sementara itu, sebagaimana dilansir DW, berdasarkan informasi dari media pemerintah setempat (22/06), Pyongyang bersiap untuk mengirimkan sekitar 12 juta pamflet propaganda ke Korea Selatan dengan menggunakan 3.000 balon.
Sebagai tindakan balasan, Pyongyang kemudian memutus semua jalur komunikasi lintas batas dan mengancam akan mengambil langkah-langkah untuk membatalkan kesepakatan 2018 guna mengurangi ketegangan di perbatasan melalui pamflet propaganda.
"Rencana kami mendistribusikan pamflet kepada musuh merupakan tindakan atas amarah seluruh masyarakat," kata kantor berita Korea Utara, Central News Agency. "Waktu pembalasan sudah dekat."
Menurut pernyataan itu, Pyongyang telah menyiapkan berbagai metode, termasuk menggunakan balon udara untuk mengirimkan pamflet hingga daerah terdalam Korea Selatan.
Korea Selatan meminta saingannya tersebut untuk menunda rencana mengirimkan pamflet propaganda yang akan melintasi perbatasan.
Yoh Sangkey, juru bicara Kementerian Unifikasi Seoul, mengatakan kepada wartawan bahwa Pyongyang harus membatalkan rencananya untuk mengirim pamflet propaganda yang "sama sekali tidak membantu perbaikan hubungan Selatan-Utara."
Menteri Pertahanan Korea Selatan Jeong Kyeong-doo mengatakan kepada anggota parlemen bahwa Seoul akan mengambil langkah "segera, cepat, dan tepat", dan aparat militer juga akan merespon langkah Pyongyang, tergantung pada peralatan pengiriman yang digunakan untuk meluncurkan pamflet itu.
Opsi pengiriman Pyongyang di selatan perbatasan sangat terbatas. Namun beberapa analis percaya bahwa drone mungkin menjadi salah satu metode yang digunakan jika cuaca tidak menguntungkan untuk menerbangkan balon. Korea Selatan kemungkinan akan merespons keberadaan drone di wilayah udaranya.
Pemerintah Seoul berusaha merespons dengan cepat, bergerak untuk memberlakukan undang-undang yang melarang semua aktivis sipil meluncurkan balon melintasi perbatasan. Namun, upaya itu belum sepenuhnya menghentikan aktivitas. Seorang aktivis Korea Selatan baru-baru ini mengatakan ia akan menjatuhkan sekitar satu juta pamflet di perbatasan pada hari Kamis, bertepatan dengan peringatan ke-70 dimulainya Perang Korea.
Kedua negara Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang, setelah perang antar Korea tahun 1953 hanya diakhiri dengan kesepakatan gencatan senjata, tanpa perjanjian damai.(dtk)