logo
×

Rabu, 01 Juli 2020

Narasi Lawan Corona Gubsu Edy: Jelangkung, Sujud Risma Hingga Marah Jokowi

Narasi Lawan Corona Gubsu Edy: Jelangkung, Sujud Risma Hingga Marah Jokowi

DEMOKRASI.CO.ID - Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi bicara soal upaya melawan penyebaran virus Corona (COVID-19) yang dinilainya belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Dalam narasi yang disampaikannya, Edy menyebut Corona seperti jelangkung hingga mengungkit marah Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap para menterinya.

Edy awalnya bicara soal virus Corona yang dinilainya 'betah' berada di wilayah Sumut. Menurut Edy, Corona seperti jelangkung yang datang tak diundang.

"Khusus untuk Sumatera Utara udah 3 bulan. Belum ada tanda-tanda Corona meninggalkan tempat. Saya kadang berpikir, kenapa Corona betah sekali sama kita ini. Corona ini seperti jelangkung, tak diundang dia datang dan pergi pun tak kita antar nanti," kata Edy dalam temu ramah wartawan di rumah dinas Gubsu, Medan, Selasa (30/6/2020).

Dia mengatakan virus Corona merupakan ciptaan Tuhan sama seperti makhluk lain di bumi. Namun, menurut Edy, manusia kini mulai lelah berhadapan dengan Corona.

"Tuhan yang menciptakan Corona, Tuhan yang menciptakan kita. Tapi saat ini lelahnya kita berhadapan dengan Corona ini," ujar Edy.

Edy juga menilai ada orang yang senang dan susah gara-gara Corona. Pihak yang senang, menurut Edy, adalah orang-orang yang mendapat penghasilan lebih akibat Corona.

"Yang ingin saya sampaikan, semoga yang saya katakan ini semua sependapat karena ada yang senang dengan Corona ini. Saya bisa bebas di rumah karena adanya Corona, saya dapat penghasilan yang lebih akibat Corona ini. Ada yang susah karena Corona ini. Kita semua terfokus karena Corona ini, bahkan dana pun kita refocusing untuk Corona ini," ujar Edy.

Edy pun mengajak seluruh masyarakat Sumut bekerja sama mengatasi penyebaran Corona. Dia menilai kerja Gugus Tugas COVID-19 bakal percuma kalau warga tidak mau bekerja sama.

"Saya sampaikan bahwa yang bisa mengatasi Corona ini semua, termasuk rakyat kita ini. Kalau hanya posko ini saja yang bekerja, rakyat tidak mau, tak selesai-selesai," ujarnya

Selanjutnya, Edy bicara soal masa pemerintahan dirinya bersama Wagub Musa Rajekshah (Ijeck) yang bakal berusia 2 tahun pada 5 September 2020. Edy mengatakan dirinya tak memikirkan jumlah tahun menjabat, namun soal apa yang bisa diberikan ke rakyat Sumut.
"Saya sudah hampir 2 tahun, nanti tanggal 5 September ini saya 2 tahun. Persoalannya bukan hitungan tahunnya, tapi apa yang sudah bisa saya lakukan terhadap ini. Sambil berjalan kita, itu yang harus kita lakukan. Kita ciptakan trust," ucap Edy.

Edy juga bercerita soal dirinya yang kerap dikejar-kejar wartawan gara-gara Kepala Dinas di Pemprov Sumut enggan memberi jawaban terhadap suatu permasalahan. Edy pun bertanya-tanya bagaimana jika dirinya juga enggan memberi jawaban.
Edy memastikan dirinya tidak pernah bersembunyi dalam penanganan penyebaran Corona. Edy menjelaskan dirinya juga punya sikap dan metode sendiri agar tenaga medis bisa bekerja maksimal dalam menangani Corona.

"Republik ini milik kita bersama. Saya katakan 'hei dokter-dokter, kalau kau tak mau ngobati rakyat kita ini, tak bisa kau tak (saya) gantikan tukang bengkel tak (saya) suruh ngobati, nggak bisa. Mau tak mau kau yang kerja'," ucap Edy.

Setelah meminta dokter bekerja mengatasi wabah Corona, kata Edy, pemerintah harus menyiapkan keperluan para dokter. Dia menilai fungsi pemerintah dalam penanganan corona ini salah satunya adalah menyiapkan anggaran. Pemprov Sumut sendiri menyiapkan Rp 1,5 triliun untuk penanganan Corona yang dibagi dalam tiga tahap.
"Saya tak pernah tutup-tutupi, mana anggaran. Kalau saya buka anggaran ini marah dia ini, 'Pak jangan lah pak'. Ya kenapa rupanya. Ini anggarannya tahap 1. terperinci di sini," ucap Edy.

Edy selanjutnya mengkritik kinerja jajarannya di Pemprov Sumut. Dia mengungkit soal Presiden Jokowi marah ke menteri karena dinilai malah membuat aturan yang malah memperlambat pelaksanaan suatu program. Edy mengawali kritik dengan memberi contoh soal kondisi petani di Karo.

Petani susah. Kita butuh pemeliharaan-pemeliharaan tertentu sehingga nanti dia harus ada pabrik pupuk organik di situ. Itulah stimulus, itulah kehadiran pemerintah," kata Edy.

"Tapi susahnya saya di situ, saya komunikasi karena adanya undang-undang di daerah, itu kan harus diaminkan oleh bupati. Bentuknya hibahkah. Kalau salah tak mau buka keran, saya juga tak bisa, aturan-aturan, mainkan-mainkan, ternyata tak bisa dimainkan (dieksekusi)," sambungnya.

Edy mengungkit soal marah Jokowi terhadap kinerja menterinya. Menurutnya, Jokowi marah karena ada menteri yang malah membuat aturan pelaksanaan suatu program sulit mengalir hingga tingkat bawah.

"Kalau Anda lihat semua Presiden sampai marah itu sama menteri-menterinya. Kenapa? Menterinya megang aturan, dengan aturan itu begitu susah ngalir ke bawah," ucap Edy.
Dia pun memastikan bakal mencopot kepala dinas atau bawahannya di Pemprov Sumut yang kinerjanya buruk. Salah satu yang sudah dicopot Edy karena persoalan kinerja adalah Dirut PDAM Tirtanadi, Trisno Sumantri.

"Percayakanlah samaku, aku tak peduli siapapun dia. Tapi aku butuh kerja, butuh pekerjaan, kenapa, aku punya cita cita. Saudara-saudaraku, melakukan bersih-bersih, adat-istiadat yang jalan sekian lama, kita kembalikan kepada jalan on the track. Masih ada tender yang main-main, sebelum kau tanyak udah ku jawab ini. Ini yang harus kita luruskan, kenapa, dengan kaji itu, perencanaan harus jelas dia, nanti tak urai. Umumkan ke rakyat ini perencanaannya , ini anggarannya, ini pelaksanaan nya, ini pelaporan nya , ini pertanggungjawabannya," tutur Edy.(rmol)
Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: