logo
×

Sabtu, 03 Oktober 2020

AS Blokir Sawit Malaysia

AS Blokir Sawit Malaysia

 


DEMOKRASI.CO.ID - Amerika Serikat akan menahan pengiriman minyak sawit dan produknya dari produsen utama di Malaysia setelah berbagai indikator pelecehan ketenagakerjaan ditemukan, termasuk kekerasan fisik dan seksual, serta pekerja di bawah umur.

Perintah pemotongan pajak terhadap FGV Holdings Berhad berlaku segera setelah penyelidikan, kata Brenda Smith, asisten komisaris eksekutif di Kantor Perdagangan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.

“Kami akan mendesak komunitas pengimpor AS untuk melakukan pengujian,” katanya, seraya menambahkan mereka harus melihat rantai pasokan minyak sawit mereka.

“Kami juga akan mendorong konsumen AS untuk bertanya tentang dari mana produk mereka berasal,” katanya lagi, seperti dikutip dari CBS, Jumat (1/10).

FGV adalah salah satu perusahaan minyak sawit terbesar di dunia dan terkait erat dengan Felda, yang dimiliki oleh pemerintah Malaysia.

Perintah Bea Cukai datang seminggu setelah investigasi pelanggaran ketenagakerjaan di industri minyak sawit di Malaysia dan Indonesia, di mana keduanya sama-sama menghasilkan sekitar 85 persen dari pasokan global 65 miliar dolar.

Beberapa pelanggaran terjadi di perkebunan yang dioperasikan oleh Felda.

FGV mengeluarkan pernyataan pada akhir pekan yang menguraikan komitmennya terhadap hak asasi manusia, termasuk langkah-langkah yang diambil untuk memastikan para pekerjanya memiliki akses ke paspor dan gaji mereka.

“Meskipun ada kritik dan tuduhan terhadap FGV, kami akan melanjutkan upaya kami untuk memperkuat praktik kami untuk menghormati hak asasi manusia dan menegakkan standar ketenagakerjaan,” isi pernyatan FGV.

“Komitmen kami jelas. Kami bertekad untuk mencapai tujuan dan target yang telah kami tetapkan sebagai bisnis yang bertanggung jawab dan berkelanjutan,” lanjut FGV

Minyak sawit adalah minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia, memenuhi hampir setengah rak supermarket. Produksi melonjak secara global, dari 5 juta ton pada tahun 1999 menjadi 72 juta saat ini, menurut data Departemen Pertanian AS. AS sendiri telah melihat lonjakan permintaan 900 persen selama waktu yang sama.

Artikel Asli

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: