logo
×

Sabtu, 31 Oktober 2020

Partai Sayap Kanan Denmark Galang Dana Cetak Ulang Kartun Nabi

Partai Sayap Kanan Denmark Galang Dana Cetak Ulang Kartun Nabi

 


DEMOKRASI.CO.ID - Partai sayap kanan Denmark, Partai Nye Borgerlige (Kanan Baru), telah mengumumkan kampanye penggalangan dana yang bertujuan untuk menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad dari majalah mingguan satirPrancis Charlie Hebdo. Partai, yang mempunyai 4 dari 179 kursi di parlemen, mengaitkan kampanye tersebut dengan serangan terkait kartun kontroversial itu baru-baru ini di Prancis.

“Pembunuhan Samuel Paty memicu kampanye, kami ingin menunjukkan dukungan kami untuk keluarganya dan kebebasan berbicara,” kata pemimpin Nye Borgerlige Pernille Vermund.

Samuel Paty adalah seorang guru di Prancis yang dipenggal oleh seorang anak berusia 18 tahun pada 16 Oktober lalu karena menunjukkan kartun Nabi kepada murid-muridnya di kelas tentang pentingnya kebebasan berbicara.

Nye Borgerlige, yang menentang kebijakan perbatasan terbuka, berupaya mengumpulkan uang untuk menerbitkan iklan dengan gambar Charlie Hebdo di outlet media negara, tanpa menyebutkan sifat dari iklan tersebut. Vermund hanyak mengatakan bahwa itu adalah “kewajibannya” untuk memastikan bahwa masyarakat Denmark menuju lebih banyak kebebasan berbicara, bukan mengurangi, tetapi mencatat bahwa dia sama sekali tidak yakin bahwa gagasan untuk mencetak ulang kartun Charlie Hebdo akan dimungkinkan.

Kekhawatiran Vermund bukan tanpa dasar, karena perwakilan dari setidaknya salah satu tabloid negara itu, Ekstra Bladet, menyatakan ketidakpastian dalam wawancara dengan AFP mengenai apakah mereka akan mencetak iklan tersebut atau tidak. Editor media tersebut, Poul Madsen, mengatakan bahwa Ekstra Bladet mengutuk terorisme dan mendukung Prancis serta kebebasan berbicara, tetapi akan membuat keputusan untuk mencetak iklan Nye Borgerlige yang berisi kartun Nabi Muhammad SAW ketika melihatnya.

Kampanye partai Kanan Baru Denmark ini terjadi sehari setelah serangan tragis di Nice, Prancis, di mana seorang migran Tunisia berusia 21 tahun, Brahim Aoussaoui, membunuh dua jemaah dan seorang sakristan di basilika Notre-Dame de Nice, di mana ia memenggal salah satu korbannya. Aoussaoui meneriakkan “Allahu Akbar” saat polisi datang.

Pelaku penyerangan itu ditembak oleh petugas selama penangkapan dan saat ini berada di rumah sakit. Kemudian pada hari yang sama, setidaknya dua orang lagi yang bersenjatakan pisau ditangkap di Prancis karena dicurigai merencanakan lebih banyak serangan penikaman.

Serentetan pembunuhan dengan pisau terjadi dua minggu setelah seorang Muslim berusia 18 tahun, Abdullah Anzorov, memenggal kepala guru sekolah Samuel Paty setelah yang terakhir menunjukkan kartun Nabi Muhammad di kelas tentang pentingnya kebebasan berbicara.

Insiden tragis tersebut telah dikecam oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai “serangan” terhadap Prancis karena nilai-nilai dan cita rasa kebebasannya. Macron pun berjanji bahwa negara tersebut tidak akan pernah “menyerah pada teror apa pun”.

Artikel Asli

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: