logo
×

Kamis, 12 November 2020

HRS Pulang, FPI harus Bisa jadi Front Peaceful Islam, Bisa?

HRS Pulang, FPI harus Bisa jadi Front Peaceful Islam, Bisa?

DEMOKRASI.CO.ID - Nama Habib Rizieq Shihab (HRS) tidak bisa dilepaskan dari ormas Front Pembela Islam (FPI).

Terlebih, ia telah ditahbiskan para pendukung dan simpatisannya menjadi Imam Besar FPI.

Di tengah pandemi Covid-19 seperti saat ini, warga negara Indonesia (WNI), termasuk Rizieq Shihab, harus mampu mengubah perspektif di tengah pandemi.

Demikian disampaikan peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Siti Zuhro dalam Tanya Jawab Cak Ulung bertajuk “Pulang Dari Saudi, Habib Rizieq Gabung Parpol?” yang digelar RMOL, Kamis (12/11/2020).

“Siapapun kita, warga negara Indonesia harus move on, harus bebenah diri, introspeksi, mengevaluasi diri untuk menyongsong kehidupan Indonesia ke depan yang jauh lebih baik,” kata Siti.

Di tengah era distrupsi saat ini, sambungnya, setiap WNI harus memiliki tanggung jawab penuh untuk memelihara persatuan dan mencegah konflik yang berujung pada kekerasan

“Jadi WNI harus punya tanggung jawab penuh untuk memelihara persatuan Indonesia, agar kecenderungan sengketa, konflik, fiksi, ujung-ujungnya tidak boleh violence,” papar Siti.

“Jadi itulah belajar berdemokrasi,” tekan dia.

Pun demikian dengan FPI yang merupakan ormas besutan Rizie Shihab, diharapkan juga bisa bermetamorfosis menjadi ormas yang menebarkan nilai-nilai perdamaian dalam Islam.

“Kita berharap FPI itu bermetamorfosis, bukan Front Pembela Islam saja, (tapi juga) Front Peaceful Islam,” kata Siti.

“Islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang damai, Islam yang tentu menebarkan paham-paham yang positif,” tambahnya.

Sebagai ormas yang sudah lama berdiri, kata Siti, tidak aneh bagi FPI memiliki banyak pendukung.

Bahkan sebagian besar di antaranya adalah kaum milenial.

Melihat hal tersebut, Siti mengatakan, FPI dapat dijadikan basis massa politik yang sangat signifikan bagi partai.

“Karena bagaimana pun juga, berbicara parpol, berbicara pemilu, berbicara dukungan suara,” lanjut dia.

Dengan begitu, sambungnya, Indonesia harus mengakhiri era post-truth hingga politisasi identitas.

Di sisi lain, massa FPI pun harus dibekali oleh pengetahuan dan nilai-nilai yang mencerahkan.

“Bagaimana mengelola milenial dengan membekali, memberikan transfer of knowledge, value, mencerahkan mereka menjadi sosok-sosok yang matang, dewasa,” pungkasnya.

Artikel Asli

Follow
Terkoneksi dengan berbagai Sosial Media kami agar tetap terhubung dan mengetahui Informasi terkini.
Jangan Lupa Subscribe YouTube DEMOKRASI News: