DEMOKRASI.CO.ID - Berita kepulangan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab dengan disambut ribuan umatnya di Bandara Soekarno-Hatta sudah terlalu dilebih-lebihkan.
Seperti diketahui, Habib Rizieq pulang ke tanah air pada 10 November bertepatan dengan Hari Pahlawan. Dia setidaknya 3,5 tahun menghabiskan waktu di Arab Saudi.
Bagi Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana), Samuel F. Silaen, kepulangan Habib Rizieq tidak lebih bermakna daripada Hari Pahlawan dari pejuang kemerdekaan Indonesia.
“Saya tidak sempat memantau (kepulangan Habib Rizieq), karenna adanya kegiatan terkait memperingati Hari Pahlawan 10 November yang jauh lebih bermakna untuk diselebrasi daripada memantau kepulangan HRS yang kebetulan telah lama ‘ngungsi’ di Arab Saudi,” ujar Samuel kepada wartawan di Jakarta, Kamis (12/11).
Bahkan, Samuel mengaku risih dengan komentar beberapa orang yang menyebut penyambutan yang membludak oleh umat Habib Rizieq tidak akan pernah terjadi pada Presiden Joko Widodo.
“Anda tahu berapa jumlah pemilih Jokowi sewaktu memenangkan kontestasi politik pilpres? Tak usah bahas (waktu Jokowi nyalon) gubernur deh, apakah sebanding dengan jumlah penyambutan HRS itu?” ketusnya.
Selain itu, lanjutnya, banyaknya orang dalam penyambutan itu belum teruji apakah bisa mengantarkan Habib Rizieq menduduki jabatan publik sebagaimana Jokowi memenangkan pilpres dua periode.
“Coba deh HRS suruh maju di dalam kontestasi politik pilkada. Kalau pilpres tak jamin 1.000 persen pasti akan terpilih deh, sorry ya bukan mendahului Tuhan maha kuasa,” demikian Samuel.