DEMOKRASI.CO.ID - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menyatakan, sebanyak 39,6 persen warga menilai bahwa tingkat korupsi dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan. Sementara itu, hanya 13,8 persen warga yang menyatakan menurun.
“31,9 persen menyatakan tidak mengalami perubahan dan 14,8 persen tidak berpendapat,” kata Djayadi dalam rilis hasil survei secara daring, Selasa (3/11).
Djayadi berpandangan tingkat korupsi di Indonesia berdasarkan hasil survei mengalami peningkatan. Dia menilai, persepsi korupsi di Indonesia masih negatif.
“Persepsi korupsinya masih negatif sama seperti ketika sebelum pandemi,” ujar Djayadi.
Jika ditarik berdasarkan pilihan Presiden 2019, pemilih Joko Widodo-Maruf Amin juga menilai, korupsi di Indonesia mengalami peningkatan. Sebanyak 34 persen menilai meningkat, 16,8 persen menilai menurun, dan 31,8 persen yang menilai tidak ada perubahan.
“Untuk pemilih Prabowo-Sandi juga menilai korupsi meningkat. Sebanyak 46,1 persen menilai meningkat, 8,7 persen menilai menurun dan 31,2 persen yang menilai tidak ada perubahan,” cetus Djayadi.
Survei ini dilakukan terhadap 206.983 responden yang terdistribusi secara acak di seluruh Indonesia yang pernah diwawancarai secara tatap muka langsung dalam rentang dua tahun terakhir. Secara rata-rata, sekitar 70 persen di antaranya memiliki nomor telepon.
Jumlah sampel yang dipilih secara acak untuk ditelpon sebanyak 5.688 data dan yang berhasil diwawancarai dalam durasi survei yaitu sebanyak 1.200 responden dilakukan pada 13-17 Oktober 2020.