DEMOKRASI.CO.ID - Mantan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Puyuono ikut mengomentari penangkapan Menteri Kelautan dan Perikaan (KKP) Edhy Prabowo.
Politisi Partai Gerindra itu ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus ekspor benih lobster (benur).
Arief menyebut, penangkapan Edhy itu menjadi tamparan keras bagi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Pasalnya, Menteri Pertahanan (Menhan) itu adalah bos besar Edhy Prabowo di partai berlambang kepala burung garuda tersebut.
Demikian disampaikan Arief Poyuono dalam keterangannya kepada wartawan, di Jakarta, Rabu (25/11/2020).
“Ini pelajaran besar sekaligus tabokan besar bagi Prabowo sebagai bos besarnya Edhy Prabowo,” tegasnya.
Arief juga menyebut bahwa ucapan yang sempat dilontarkan Prabowo akan membasmi pelaku koruptor ternyata tidak terbukti.
Sebaliknya, kata Arief, apa yang disampaikan itu malah dilakukan anak buahnya sendiri.
Bahkan, Edhy Prabowo menjadi menteri pertama yang kena OTT KPK di era periode kedua Pemerintahan Jokowi.
“Ternyata mulut yang sudah berbusa-busa mengatakan korupsi di Indonesia sudah stadium empat ternyata anak buahnya dan asli didikan Prabowo sendiri justru menjadi menteri pertama di era Jokowi yang terkena OTT KPK,” sindirnya.
`Untuk diketahui, Prabowo Subianto pernah menyebut bahwa korupsi di Indonesia sudah memasuki stadium empat.
Pernyataan itu dilontarkan Prabowo saat deklarasi dukungan ribuan purnawirawan TNI-Polri di Grand Pasific Hall, Yogyakarta, 27 Februari 2019.
Prabowo menyebut, masalah bangsa Indonesia adalah korupsi para elite yang mencuri uang rakyat yang mengakibatkan rakyat semakin miskin.
“Kalau perasaan saya mengatakan korupsi di Indonesia ini sudah stadium empat. Benar, tidak?” ucapnya kala itu.
“Hei, kau yang mencuri uang rakyat. Rakyat sudah pintar, jangan kau bohongi terus rakyat Indonesia,” tegasnya.
Prabowo pun berjanji, jika terpilih, dirinya akan menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya.
Prabowo juga menyatakan bahwa tidak boleh ada lagi hukum yang tidak adil dan ketimpangan ekonomi sehingga rakyat tidak bisa makan.
Terpisah, Partai Gerindra belum bisa berkomentar banyak terkait penangkapan Edhy Prabowo.
Saat ini, partai berlambang kepala burung garuda itu memilih menunggu konfirmasi resmi dari KPK.
Demikian disampaikan Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, kepada wartawan di Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (25/11/2020).
“Kami baru mendengar berita soal kader kami yang menjadi Menteri KKP itu (ditangkap) baru dari media massa, baik media cetak, online, maupun televisi,” ujar Dasco.
“Untuk itu kami dari Partai Gerindra belum bisa berkomentar lebih jauh,” sambungnya.
Dasco menyatakan, saat ini pihaknya masih menunggu informasi resmi dari KPK.
Karena itu, ia meminta semua pihak agar bersabar dan menunggu perkembangan lanjutan atas penangkapan oleh lembaga antirsuah tersebut.
Anak buah Prabowo Subianto ini juga masih enggan berkomentar saat ditanya perkara ekspor benih lobster (benur) yang menjerat koleganya itu.
“Kami belum bisa memberikan tanggapan, belum bisa menduga-duga sebelum mendapatkan keterangan resmi dari KPK,” tandasnya.
Untuk diketahui, KPK menangkap Menteri KKP Edhy Prabowo di Bandara Soekarno-Hatta, pada Rabu (25/11) dini hari tadi.
Orang dekat Prabowo Subianto itu ditangkap usai melakukan kunjungan ke Amerika Serikat. SelainEdhy Prabowo, lembaga antirasuah juga mengamnakan sejumlah orang lainnya.
Kabar beredar menyebut, salah satu yang juga ditangkap adalah istri Edhy Prabowo, Iis Rosita Dewi adalah anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Gerindra.
Ia terpilih sebagai wakil rakyat dan berhak duduk di Senayan melalui daerah pemilihan Jawa Barat II.
Saat ini, Edhy dan istrinya serta sejumlah orang lainnya masih menjalani pemeriksaan intensif di Gedung KPK, Jalan Kuningan Persada, Jakarta Selatan. []