DEMOKRASI.CO.ID - Nabi takkan marah ketika pribadinya dihina, tapi sebagai ummat yang mencintainya, ummat akan marah ketika Nabi dihina.
Mengutip tulisan Felix Siauw, Nabi takkan murka saat dimaki, tapi Nabi senang dengan yang membela kehormatannya. Lagipula, tak mampu kita memandang wajah Nabi kelak, ketika kita diam saat nabi dihina.
Sejak kita membuat pengakuan sempurna pada syahadat. Kita menyadari bahwa kita berhutang pada Nabi, yang takkan mungkin kita lunasi selama-lamanya, meski sepenuh harta dan jiwa ditera.
Masih dikutip dari tulisan Felix Siauw, mungkin Prancis perlu diingatkan. Bahwa kehormatan Nabi bagi Muslim sangat berarti, jauh melebihi nilai nyawa kami. Hidup hanya sekali, nyawa hanya satu, andai untuk membela Nabi, kami rela.
Kaum Muslim tak pernah mencari musuh, tapi takkan lari ketika ditantang oleh musuh. Mungkin tidak hari ini Prancis akan melihat jawabannya, tapi suatu hari mereka pasti merasakannya
Tak ada satupun sebab tak berakhir dengan akibat. Prancis sudah memantik sebabnya. Dan mungkin tanpa sadar ini skenario Allah.
Agar Muslim memahami, persatuan itu mutlak agar bisa kuat dan diperhitungkan, dan disegani. Sebagaimana dulu Prancis tunduk pada telunjuk Khalifah kaum Muslim, Sultan Abdulhamid II.
(Diolah dari tulisan Felix Siauw)